Siapa yang tidak mengenal semut, makhluk kecil pekerja keras yang hidupnya penuh manfaat ini diperkirakan sudah mulai menguasai dunia di era dinosaurus.
Bahkan berdasarkan  fosil yang ditemukan oleh ilmuwan menunjukkan bahwa semut sudah ada di muka bumi ini sekitar 100 juta tahun yang lalu.
Jika dilihat dari hubungan kekerabatan genetiknya maka semut berkerabat  dengan dengan lebah madu dan tawon.
Sukses Menguasai Dunia
Semut merupakan salah satu makhluk hidup yang paling sukses di muka bumi ini sehingga para ilmuwan memperkirakan jumlah semut yang ada saat ini sebanyak  20 quadrillion (atau 20.000 trilyun atau sebanyak  20,000,000,000,000,000).
Bagi yang sulit membayangkan  jumlah semut  yang ada dimuka bumi ini ada baiknya membandingkan dengan populasi manusia yang ada di muka bumi ini.
Jika populasi manusia saat ini sebanyak 8 milyar maka setiap  ada 1 orang maka ada semut sebanyak 2,5 juta ekor.
Kesuksesan pasukan semut menguasai dunia ini memang tidak tanggung tanggung.  Ibarat pasukan Genghis khan, pasukan semut hampir menempati setiap sudut permukaan bumi ini  kecuali di antartika, Greenland dan Iceland.
Hasil penelitian terbaru yang diterbitkan minggu ini di Jurnal Ilmiah bergengsi journal Proceedings of the National Academy of Sciences ada sebanyak 12.000 spesies semut yang telah diketahui dan diidentifikasi oleh manusia.
Warna semut yang paling umum adalah hitam, coklat dan merah dengan panjang  tubuh mulai dari 1 mm sampai dengan 3 cm.
Kesuksesan semut menguasai dunia ini tidak lepas dari daya adaptasinya yang sangat luar biasa terhadap keragaman lingkungan di muka bumi ini.
Sebagai contoh para peneliti menemukan semut  dari genus Strumigenys, yang dicirikan dengan bagian mulutnya yang panjang dan berduri yang digunakan untuk berburu invetebrata kecil.
Jika dilihat dari wilayah penyebarannya maka jumlah semut yang ditemukan di wilayah tropis lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian benua Afrika adalah wilayah yang paling banyak semutnya jika dibandingkan dengan benua lainnya, namun sayangnya masih banyak hal yang belum terungkap dari keberadaan semut di benua ini.
Makhluk Sosial yang Bermanfaat
Semut pada umumnya hidup berkoloni yang jumlahnya dapat mencapai jutaan dalam satu koloni. Di dalam koloni ini semut terbagi dalam beberapa kelompok berdasarkan peranya seperti  pekerja, tentara dan ratu.
Semut  pekerja semuanya betina dan bertugas untuk  merawat ratu yang ukuran tubuhnya lebih besar.  Semut pekerja juga bertugas memelihara keturunannya, memelihara sarang dan mencari makan.
Hal lain yang sangat unik dari dunia persemutan ini adalah semut jantan setelah mengawini ratu maka akan mati.
Keberadaan makhuk kecil ini di muka bumi memang sangat vital karena semut memiliki fungsi untuk mendaur ulang nutrisi, terlibat dalam proses dekomposisi, penyebaran benih dan menyuburkan tanah.
Kita dapat membayangkan berapa julah bahan organik yang diangkut, dibuang dan diadur ulang serta yang dimakan oleh sebanyak 20 quadrillion semut yang ada di muka bumi ini.
Dengan jumlahnya yang sangat fantastis ini para ilmuwan memperkirakan bahwa  total biomassa semut mencapai  12 megaton karbon kering. Jumlah ini melebihi gabungan biomassa burung liar dan mamalia dan sama dengan 20% biomassa manusia.
Semut yang terkadang membuat jengkel kita ini ternyata memiliki peran yang sangat vital  dalam ekosistem.
Disamping itu pada ilmuwan kini dapat menggunakan semut sebagai bio indikator untuk melihat pengaruh lingkungan global yang mendegradasi kualitas lingkungan di muka bumi ini terhadap makhluk hidup lainnya.
Dinamika populasi semut dapat dijadikan indikasi akan perubahan lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup lainnya.
Tujukan:Â Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H