Oleh sebab itu untuk kepentingan jangka panjang pengembangan wisata Komodo harus berbasis pada pelestarian bukan berbasis pada dampak eknomi sesaat
Rencana pembangunan di Taman Nasional Komodo juga menimbulkan keprihatinan UNESCO sebagai badan dunia yang menetapkan taman ini sebagai Situs Warisan Dunia.
Jika nantinya berdasarkan analisis dampak lingkungan rencana pengembangan witasa komodo ini berdampak buruk pada keseimbangan alam, maka tentunya Taman Nasional Komodo akan menjadi bahan bahasan Situs Wisata Dunia yang biasanya dilakukan 2 tahun sekali yaitu di tahun 2022 ini.
Jika pembangunan dan pengembangan ini tidak terkendali bukan tidak mungkin UNESCO akan mencabut status Tanaman Nasional Komodo sebagai situs warisan dunia. Jika hal ini terjadi maka tamatlah sudah wisata Komodo ini karena akan berdampak pada pengurangan wisatawan asing sedara drastis.
Rencana pemerintah untuk meningkatkan jumlah wisatawan menjadi 500.000 per tahun tentunya akan berdampak drastis pada keseimbangan lingkungan di Taman Nasional Komodo yang sangat rapuh.
Menurut pakar biologi dari University of Queensland, berdasarkan kasus yang terjadi di berbagai negara termasuk di Taman Nasional Komodo, pariwitasa berdampak besar pada satwa liar karena tidak saja akan mengganggu dan merubah prilaku Komodo dan juga mangsanya namun juga mengganggu ketersediaan air tawar.
Jika hal ini terjadi maka witasa alam Komodo akan berdampak drastis pada keseimbangan alam di pulau pulau tempat hunian Komodo ini.
Oleh sebab itu, tidak ada pilihan bagi pemerintah bahwa konsep pengembangan wisata Komodo harus berbasis pelestarian komodo di habiat aslinya bukan atas dasar pertimbangan ekonomi dan pendapatan semata.
Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H