Bagi penggemar olah raga atletik nama Mo Farah tentunya sudah tidak asing lagi.
Dengan segudang prestasinya Mo Farah kini telah mendapat embel embel "Sir' pada namanya  yang tentunya menjadi kebanggaan atas pengakuan prestasinya dan mendapat gelar kehormatan dari kerajaan Inggris.
Torehan Prestasi emas menjadi peraih medali emas di olimpiade menjadikan dirinya sebagai  atlit elit dunia.
Banyak orang memandang prestasi yang sangat luar biasa dari Mo Farah ini sebagai penggalan cerita perjalanan hidupnya  yang sangat manis, namun tidak banyak mengetahui bahwa dibalik semua prestasi dan kesuksesan Mo Farah tergores tinta hitam yang mencoreng perjalanan hidupnya.
Tinta hitam ini begitu membekas sehingga Mo Farah harus menyimpannya rapat rapat kisah perjalanan hidupnya itu sampai akhirnya beberapa hari yang lalu Mo Farah mengungkapnya secara publik.
Kisah perjalanan hidup Mo Farah yang difilmkan menjadi film dokumenter oleh BBC ini mengungkap banyak hal yang belum pernah diketahui orang sebelumnya.
Tinta hitam yang mencoreng perjalanan hidup Mo Farah ini ini adalah perdagangan anak yang menimpa dirinya.
Perdagangan anak memang kini menjadi fenomena gunung es yang jarang muncul ke permukaan. Â Namun kepedihan dan pengalaman yang buruk bagi korban perdagangan anak ini tidak akan pernah dilupakan selama hidupnya.
Masa Kelam
Kehidupan keluarga Mo Farah yang lahir di Somalia memang tidaklah baik.  Kesulitan ekonomi yang membelit keluarga ini akhirnya membuat keluarganya  memutuskan untuk melepaskan anaknya untuk dikirim ke Inggris agar dapat bertahan hidup dan memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Di usianya  yang ke 4 tahun tragedi menimpa keluarganya ini karena ayahnya terbunuh dalam perang saudara yang berkecamuk di Somalia.
Meninggalnya ayah Mo Farah ini merupakan awal kehancuran keluarganya karena mengakibatkan keluarga ini tercerai berai termasuk Mo Farah harus berpisah dengan ibu dan saudara saudaranya.
Situasi yang serba sulit ini membuat ibu Mo Farah mengirim dirinya dan saudara kembarnya yang bernama Hassan ke pamannya yang tinggal di Djibouti.
Mo Farah menceritakan bahwa masih melekat dalam ingatannya ketika dirinya melihat seorang wanita mengunjungi rumah pamannya beberapa kali untuk melakukan pengamatan dan akhirnya mengetahui bahwa dirinya akan dibawa ke Eropa untuk tinggal dengan keluarganya.
Cerita dan janji manis wanita yang membawa ke Inggris ini ternyata jauh dari penyataan.
Setibanya di Inggris semua catatan alamat keluarga yang dimiliki oleh Mo Farah dibuang agar Mo Farah tidak dapat melarikan diri.
Dari titik inilah akhirnya Mo Farah mengalami pahitnya kisah perdangan anak yang dialaminya sampai kelak  dirinya selamatkan oleh guru oleh raganya.
Usia Mo Farah saat dikrim ke Inggris masih sangat muda sekali yaitu 8 tahun.  Kita tentunya dapat membayangkan bagaimana perasaan anak berusia 8 tahun yang dilepaskan hak asuhnya kepada orang  lain.
Mo Farah tidak sendirian ketika dikirim ke Inggris, namun besama dengan 2 saudaranya.  Jadi ketika itu total ada 3 orang yang  dikirim  dari  6 anak yang ada.
Film dokumenter ini mengungkap bahwa ternyata Mo Farah menjadi korban perdagangan anak yang dilakukan oleh orang Somalia yang melarikan diri pasca perang berkecamuk di Somalia.
Mo Farah bukanlah nama aslinya, namun merupakan nama samaran yang diberikan oleh pelaku perdagangan anak untuk menghilangkan identitasnya. Nama asli Mo Farah adalah Hussein Abdi Kahin yang dilahirkan di di Somaliland, utara Somalia.
Film dokumenter ini mengungkap bahwa orang tua Mo Farah tidak pernah tinggal di Inggris.
Dari kisah yang diungkapkan oleh Mo Farah kepada media, dia menyatakan bahwa di usianya  yang ke 8 tahun dengan menggunakan nama orang lain dirinya setibanya di Inggris diperdagangkan secara illegal dan dipaksa menjadi pembantu rumah tangga.
Setibanya di Inggris, Farah tinggal bersama pasangan suami istri yang memperlakukannya dengan buruk.
Namun atas jasa  guru olahraganya di sekolah yang bernama Alan Watkinson,  Mo Farah diselamatkan dan dibantu  mengajukan permohonan kewarganegaraan Inggris dengan menggunakan menggunakan nama samaran.
Dalam film dokumenter tersebut, terungkap bahwa nama Mohamed Farah dicuri dari nama  anak lain dan selanjutnya  digunakan untuk membuat paspor palsu.
Makna Kejujuran
Mo Farah menyadari bahwa apa yang diungkapkannya pada fim dokumenter ini dapat saja berdampak pada status keimigrasiannya karena menggunakan identitas palsu dan dapat berakibat dideportasi.
Namun petugas dari kantor  Home Office Inggris  menegaskan bahwa Mo Farah tidak akan menghadapi masalah apapun dengan terungkapnya kisah masa lalunya ini.
Mo Farah tentunya dapat saja mengubur selamanya kisah pahit bagian dari perjalana hidupnya ini, namun dirinya ternyata memilih untuk mengungkapkannya kepada publik.
Ada dua hal yang ingin disampaikan oleh Mo Farah dalam film dokumenter ini, yaitu kejujuran dan pelajaran bagi orang lain.
Pertama Mo Farah ingin bersikap jujur mengungkapkan masa lalunya yang kelam agar anak anaknya dapat menjunjung tinggi kejujuran walaupun terasa pahit untuk diunggapkan.
Kedua Mo Farah tampaknya ingin membagi ceritanya agar orang lain dapat menyadari bahwa perdagangan anak ini merupakan sesuatu  yang nyata dan  dapat menimpa siapa saja dan berdampak sangat buruk bagi kejiwaan anak yang diperdagangkan.
Istri Mo Farah yang dinikahinya pada tahun 2010 ini memang merasakan ada bagian dari perjalanan hidup Mo Farah yang hilang yang selama  ini dirahasiakannya.
Namun kini Mo Farah sudah mengungkapkan rahasia kisah kelamnya  pada anak dan istrinya termasuk juga pada publik.
Setelah mengungkapan kisah hidupnya ini Mo Farah memutuskan untuk tetap menggunakan nama Mo Farah sebagai namanya walaupun dirinya mengetahui bahwa  nama tersebut bukanlah nama aslinya.
Mo Farah memang mengalami pahitnya perdagangan anak ini walaupun akhirnya dapat menikmati masa manisnya di bagian hidupnya dengan menjadi atlit elit dunia.
Namun di luar sana banyak sekali anak anak yang mengalami nasib lebih buruk dari Mo Farah dan tidak jarang berujung pada hancurnya masa depan dan kematian.
Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H