Berdasarkan hasil analisisa para ekonom salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi ini adalah kesalahan pengelolaan keuangan dan korupsi yang merajalela di negara pulau ini.
Negara ini  telah  dikuasai  oleh keluarga Rajapaksa dan kroni nya  selama lebih dari  20 tahun.
Gelombang protes dan kekerasan yang melanda negara akhir akhir ini memang berhasil memaksa sebagian dari anggota dinasti Rajapaksa ini mundur.
Salah satu saudara laki laki Presiden Sri Langka yang menjabat sebagai perdana Menteri telah mengundurkan diri. Â Demikian juga saudara lainnya dan juga sepupu persiden telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri.
Namun tampaknya sampai saat ini Presiden Sri Langka Gotabaya Rajapaksa menolak untuk mengundurkan diri.
Faktor lain yang juga memicu krisis eknomi ini adalah faktor keamanan akibat pengeboman gereja dan hotel yang terjadi pada tahun 2019 lalu yang memakan korban jiwa mencapai 260 orang.
Situasi keamanan yang memburuk ini berdampak langsung pada pendapatan Sri Langka dari sektor pariwisata yang selama ini menyumbang devisa yang besar.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintahan sebelumnya seperti melakukan pemotongan pajak dan juga pelarangan impor pupuk justru memicu kenaikan  harga bahan pokok seperti beras sehingga memicu inflasi.
Tidak pelak lagi, Sri Langka kini sedang menunju ke kehancuran yang hampir tidak dapat dihindari lagi.
Pemerintah Sri Langka sudah kehabisan uang untuk membayar utang luar negerinya dan juga biaya untuk mengimpor bahan pangan sehingga memaksa negeri ini untuk mencari bantuan keuangan pada Dana Moneter Internasional (IMF) dan Tiongkok agar dapat sekedar  bertahan.
Namun negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mendapatkan paket bailout juga mengalami jalan buntu yang mengakibatkan  negara ini sudah masuk dalam kondisi bangkrut.