Selama ini teknik yang digunakan untuk menyimpan sel (termasuk sperma, sel telur dan embrio) yang akan digunakan untuk kloning utamanya dengan cara menyimpannya di dalam nitrogen cair.Â
Teknik penyimpanan ini dinilai memiliki resiko kerusakan yang tinggi jika pasokan listrik tidak rutin dan nitrogen cari tidak diisi secara rutin serta biayanya mahal.
Oleh sebab itu, teknik pengawetan sel yang akan digunakan untuk bahan kloning dengan hanya melakukan pengeringan ini dinilai akan sangat mudah diterapkan berbagai belahan dunia utamanya di negara berkembang yang dilanda kelangkaan hewan dan satwa liarnya.
Sel sel beku kering ini dapat disimpan tanpa batas waktu sehingga dapat solusi jangka panjang yang efektif untuk menghidupkan kembali hewan langka yang terancam punah.
Salah satu keunggulan teknologi kloning terbaru ini yaitu memungkinkan nya dihasilkan individu betina pada hewan langka yang hanya tersisa jantannya saja untuk menghasilkan betina untuk selanjutnya dapat dikembangbiakkan.
Walaupun teknik kloning ini masih harus disempurnakan lagi untuk meningkatkan tingkat keberhasilannya, namun hasil penelitian para peneliti Jepang dari University of Yamanashi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi dunia Nature Communications ini paling tidak telah membuka cakrawala baru dunia kloning yang semakin mudah dan praktis untuk menyelamatkan hewan yang sudah langka.
Rujukan : satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H