Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Teknologi Kloning Terbaru, Menghidupkan Kembali Tikus dari Sel Kulit Kering

8 Juli 2022   09:34 Diperbarui: 9 Juli 2022   10:30 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tikus percobaan penelitian. (sumber: PIXABAY/CAPRI23AUTO via kompas.com)

Di tahun 1996 dunia dihebohkan oleh pengumuman keberhasilan kloning sel somatik (sel tubuh) Domba Dolly oleh kelompok peneliti dari Roslin Institute.

Saat itu saya berkesempatan bertemu dan berdiskusi langsung terkait penelitian ini dengan salah satu tim peneliti nya yang bernama Archibald yang sedang mengadakan kunjungan ilmiah di Tsukuba, Jepang.

Keberhasilan tim peneliti ini menandai era baru teknologi kloning yang memungkinkan sel somatik (sel tubuh) yang mengandung kromosom dalam jumlah diploid (2n) untuk pertama kalinya digunakan sebagai bahan materi genetik untuk kloning.

Pada intinya teknologi kloning dengan menggunaan sel somatik melibatkan penggunaan sel yang diambil dari ambing susu domba. Selanjutnya sel ini diberi kejutan listrik, sehingga memori selnya hilang dan menganggap dirinya sebagai sel embrio yang merupakan perpaduan sel haploid (n) sel telur dan sel sperma.

Sel yang diberi kejutan listrik ini ternyata dapat terus berkembang dan mengalami diferensiasi seperti hanya sel embrio hasil pembuahan sel telur dan sperma.

Teknologi inilah yang kita kenal dengan teknik kloning sel somatik yang menghasilkan domba Dolly ini saat ini sudah sangat luas digunakan di dunia.

Menggunakan Sel Kulit Kering

Minggu lalu dunia kembali dikejutkan oleh keberhasilan kloning sel somatik dengan menggunakan kulit kering yang yang diambil dari ekor tikus.

Bagaikan cerita fiksi ilmiah, para peneliti berhasil menghidupkan kembali tikus dari sel kulit kering yang diambil dari bagian ekor ini. Sel ekor tikus yang telah dibekukan dan dikeringkan tersebut telah disimpan selama 9 bulan.

Keberhasilan pembuatan kloning tikus ini menunjukkan bahwa walaupun sel telah dikeringkan dan disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, masih dapat digunakan sebagai materi genetik untuk "menghidupkan" tikus kembali.

Seperti halnya teknik kloning yang digunakan utuk menghasilkan domba Dolly, teknik kloning terbaru ini juga menggunakan sel hasil pembuahan sel sperma dan sel telur.

Embrio yang memasuki tahap awal ini yang dikenal dengan blastosis selanjutnya dikeluarkan isinya dan digani tdengan sel diploid yang dipanen dari sel kulit ekor tikus yang telah dikeringkan.

Prosedur menghasilkan tikus kloning dari sel kulit kering. Sumber: Wakayama et al, 2022, Nature Communications
Prosedur menghasilkan tikus kloning dari sel kulit kering. Sumber: Wakayama et al, 2022, Nature Communications

Selanjutnya sel yang telah mengalami penggantian isi nya ini ditanamkan pada rahim tikus dan menghasilkan tikus yang diberi nama Dorami yang diambil dari nama robot dalam cerita manga Doraemon.

Dorami ternyata bukanlah satu satunya tikus yang dihasilka, namun ada 74 tikus lainnya yang berhasil dihidupkan kembali dengan menggunakan sel kulit kering yang diambil dari bagian ekor ini.

Hal yang juga menggembirakan adalah ketika tikus tikus hasil kloning ini dikawinkan ternyata menghasilkan keturunan sebagaimana tikus normal lainnya.

Dorami tikus betina hasil kloning ini setelah dikawinkan dengan tikus jantan normal berwarna putih ternyata berhasil menghasilkan anak anak normal yang berwarna coklat.

Membuka Cakrawala Baru

Hasil penelitian ini dinilai akan memberikan manfaat yang sangat besar dalam bidang konservasi untuk menghidupkan kembali spesies yang telah punah namun masih memiliki spesimen keringnya di laboratorium ataupun di museum.

Teknologi terbaru ini juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan populasi hewan yang kini terancam punah untuk dapat diperbanyak jumlahnya melalui program kloning ini.

Dorami (warna hitam paling kiri) tikus hasil kloning dari sel kulit kering yang diambil dari ekor. (Photo: University of Yamanashi)
Dorami (warna hitam paling kiri) tikus hasil kloning dari sel kulit kering yang diambil dari ekor. (Photo: University of Yamanashi)

Teknologi terbaru ini dinilai memberikan harapan baru karena sel kulit relatif lebih mudah untuk dikeringkan dan disimpan jalam jangka waktu yang sangat lama dengan biaya penyimpanan yang murah.

Seperti yang kita ketahui bahwa langkanya hewan membuat keragaman genetiknya juga menurun dan pada umumnya menyebabkan perkawinan sedarah atau yang dikenal dengan inbreeding yang dapat berujung pada penurunan kualitas hidup suatu spesies yang mempercepat kepunahan.

Selama ini teknik yang digunakan untuk menyimpan sel (termasuk sperma, sel telur dan embrio) yang akan digunakan untuk kloning utamanya dengan cara menyimpannya di dalam nitrogen cair. 

Teknik penyimpanan ini dinilai memiliki resiko kerusakan yang tinggi jika pasokan listrik tidak rutin dan nitrogen cari tidak diisi secara rutin serta biayanya mahal.

Oleh sebab itu, teknik pengawetan sel yang akan digunakan untuk bahan kloning dengan hanya melakukan pengeringan ini dinilai akan sangat mudah diterapkan berbagai belahan dunia utamanya di negara berkembang yang dilanda kelangkaan hewan dan satwa liarnya.

Sel sel beku kering ini dapat disimpan tanpa batas waktu sehingga dapat solusi jangka panjang yang efektif untuk menghidupkan kembali hewan langka yang terancam punah.

Salah satu keunggulan teknologi kloning terbaru ini yaitu memungkinkan nya dihasilkan individu betina pada hewan langka yang hanya tersisa jantannya saja untuk menghasilkan betina untuk selanjutnya dapat dikembangbiakkan.

Walaupun teknik kloning ini masih harus disempurnakan lagi untuk meningkatkan tingkat keberhasilannya, namun hasil penelitian para peneliti Jepang dari University of Yamanashi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi dunia Nature Communications ini paling tidak telah membuka cakrawala baru dunia kloning yang semakin mudah dan praktis untuk menyelamatkan hewan yang sudah langka.

Rujukan : satu, dua, tiga, empat, lima

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun