Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaksin Covid-19 Telah Menyelamatkan 20 Juta Jiwa dari Kematian, Mengapa Masih Ada Kelompok Anti Vaksin?

27 Juni 2022   07:07 Diperbarui: 28 Juni 2022   11:12 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vakisn Covid-19 telah menyelamatkan 20 juta  jiwa dari kematian. Ilustrasi: irishtimes.com   

Tidak dapat dipungkiri di era awal diluncurkannya vaksin Covid-19 di penghujung tahun 2020  memang terjadi pro dan kontra terhadap vaksin ini.

Bagi kelompok pro vaksin, kehadiran vaksin Covid-19 memang diharapkan dan ditunggu tunggu mengingat dalam sejarahnya vaksin memang terbukti telah banyak menyelamatkan nyawa di dunia bagi berbagai penyakit yang mematikan.

Sebaliknya bagi kelompok anti vaksin, vaksin dipandang lebih sebagai ancaman walaupun tidak memiliki bukti ilmiah yang memadai.

Berbagai hoax sengaja  dikembangkan dan disebarkan secara gencar di berbagai media termasuk dunia maya, misalnya dengan manyatakan bahwa vaksin Covid 19 merupakan upaya Barat untuk memusnahkan kaum minoritas, ada juga isu yang dikembangkan bahwa vaksin akan memperpendek umur dan masih banyak hoax lainnya.

Namun terlepas dari pro dan kontra tersebut  studi terakhir kembali membuktikan bahwa vaksinasi masih merupakan salah satu cara terbaik untuk menyematkan puluhan juta nyawa dan mengakhiri pandemi Covid-19.

Menyelamatkan Puluhan Juta Jiwa

Jika dilihat dari sisi lini waktunya, vaksin Covid-19 pertama kali diluncurkan pada tanggal 8 Desember 2020. Sejak itu hampir dua pertiga penduduk dunia telah mendapatkan paling tidak dosis pertama vasin Covid-19.

Hasil studi yang dipublikasikan beberapa hari lalu di Jurnal Ilmiah bergengsi Lancet, menunjukkan bahwa vaksinasi Covid-19 yang telah dilakukan di seluruh dunia termasuk Indonesia telah mencegah paling tidak 14.4 juta kematian di 185 negara pada periode 1 tahun antara  8 Desember 2020 sampai dengan 8 Desember 2021.

Hasil penelitan ini juga mengungkapkan  bahwa jumlah kematian yang dapat dicegah dapat saja menjadi 19.8 juta kematian jika dipertimbangkan angka yang sebenarnya.

Data ini menunjukan bahwa jika tidak ada vaksin Covid-19 maka diperkirakan sebanyak 31,4 juta orang di seluruh dunia akan meninggal diseluruh dunia akibat dari pandemi ini.

Keberadaan vaksin Covid-19 di seluruh dunia berhasil mengurangi tingkat  kematian sebesar 63% jika dibandingkan tidak dilakukan vaksinasi.

Angka  kematian yang dapat dicegah ini lebih besar lagi di negera negara miskin dan negera berkembang jika vaksinasi dapat dilakukan secara merata.

Jadi memang tidak dapat dipingkiri bahwa keberadaan vaksin Covid 19 telah menyelamatkan jutaan nyawa di seluruh dunia.

Sebenarnya angka kematian yang dapat dicegah dapat lebih besar lagi jika program vaksinasi dapat dilakukan secara merata utamanya di negara yang berpenghasilan rendah karena di negara inilah menjadi titik lemahnya karena ketersediaan vaksin yang terbatas dan jangkauan vaksinasi yang tidak merata.

Jadi pencegahan kematian  akibat Covid-19 ini harus terus  dilakukan dengan menyediakan vaksin di seluruh dunia terutama untuk kelompok masyarakat yang beresiko tinggi dan   juga bagi masyarakat yang tinggal di negara yang cakupan vaksinasinya masih rendah.

Mengapa ada Kelompok Anti Vaksin?

Gerakan anti vaksinasi memang tidak saja ada di Indonesia, namun  tumbuh subur di berbagai negara di dunia.

Jika ditelisik lebih dalam lagi maka kita akan dapat menarik benang merah bahwa paling tidak gerakan anti vaksin ini berhubungan dengan tiga hal, yaitu:

Pertama, adanya pendapat bahwa vaksinasi ini bertentangan dengan budaya dan kepercayaan yang ada di masyarakat sehingga membuat sebagaian orang tidak  mau divaksin.

Kedua, berkembangnya rumor  bahwa vaksin menimbulkan efek samping yang jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan manfaatnya.

Ketiga adanya pendapat bahwa vaksin yang digunakan berasal dari prosedur dan bahan yang diragukan kehalalannya.

Jika dianalisa lebih dalam lagi maka kita akan mendapatkan kenyataan bahwa  gerakan anti vaksinasi yang sedang melanda dunia ini kurang  terkait dengan latar belakang pendidikan keluarga karena pada kenyataannya banyak diantara keluarga yang menentang vaksinasi ini memiliki tingkat  pendidikan tinggi (lihat ulasan lengkapnya di sini).

Hal yang mengkhawatirkan adalah ternyata Individu ataupun kelompok anti vaksin ini tidak akan mengubah siikap dan pendiriannya walaupun ada bukti ilmiah terkait manfaat dan efektivitas vaksin bagi kesehatan.

Individu dan kelompok anti vaksin cenderung percaya bahwa vaksinasi merupakan suatu gerakan konspirasi.  Disamping itu kelompok ini ingin memperlihatankan  sikap pemberontakannya  sekaligus ingin menunjukkan kebanggaan  karena bahwa dirinya berbeda dari kebanyakan orang.

Vaksin dipandang oleh kelompok anti vaksin ini sebagai bentuk konspirasi negera penghasil vaksin untuk menghancurkan kelompok tertentu.

Faktor lain yang dianggap mendorong  terjadinya kelompok anti vaksin ini adalah rasa ketakutan akan jarum dan darah  yang jarang terungkap kepermukaan (lihat ulasan lengkapnya di sini).

Jika ditinjau dari  ilmu kesehatan masyarakat,  beradaan individu ataupun kelompok  vaksin ini akan berdampak buruk pada kekebalan kolektif masyarakat, karena cukup  beberapa orang saja yang tidak mau divaksinasi dapat menyebabkan  kembalinya wabah penyakit yang selama ini mungkin sudah hampir  tereliminasi.

Peran vaksinasi dalam mengeliminasi penyakit berbahaya dunia memang sangat vital.  Hal ini  tidak saja terjadi pada Covid-19 saja namun juga pada penyakit mematikan lainnya  seperti  cacar, polio, campak, meningitis, batuk rejan, tuberculosis, flu dll.

Perlu kita sadari bersama bahwa  jika vaksin tidak ditemukan dan dikembangkan  maka sudah dapat dipastikan status kesehatan dunia tidak seperti yang kita alami seperti  saat ini.

Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima, enam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun