Selama ini jika kita mendengar  bakteri, tentu saja pikiran kita otomatis membayangkan makhluk mikroskopis yang sangat kecil yang biasanya hidup berkoloni dan diasosiasikan dengan penyebab penyakit.
Namun dengan ditemukannya Candidatus Thiomargarita magnifica di hutan bakau baru baru ini ini  akan merubah pandangan kita terhadap bakteri dan juga tentunya harus dilakukan redefinisi bakteri dalam buku ilmiah yang selama ini kita pelajari.
Bakteri raksasa yang hidup dari hasil pembusukan di dasar hutan  mangrove ini memang sangat unik. Dengan ukurannya yang sangat besar ini saat ini tercatat sebagai organisme ber sel satu yang terbesar yang ada di muka bumi ini.
Perjalanan penemuan bakteri raksasa  sampai dengan dipublikasikan minggu ini secara resmi di jurnal ilmiah bergengsi Science ini memang cukup panjang.
Bakteri ini pertama kalinya ditemukan di tahun 2009 lalu di Guadeloupe yaitu wilayah hutan bakau di kepulauan Karibia yang ada di bawah pemerintahan Perancis.Â
Pada awalnya penemuan ini  tidak terlalu menarik perhatian karena tim peneliti  bakteri ini banyak yang menganggap bahwa yang ditemukan tersebut bukanlah bakteri karena tidak mungkin bakteri memiliki ukuran yang sangat besar.
Namun setelah dipelajari lebih dalam lagi baru baru ini, para peneliti akhirnya mengkategorikan temuan yang sangat menarik ini sebagai bakteri dengan ukuran raksasa yang berhasil menyita perhatian dunia.
Uniknya Bakteri Raksasa
Thiomargarita magnifica bakteri yang hidupnya dengan cara mengoksidasi sulfur ini berukuran sangat besar mencapai  lebih dari 1 cm, sehingga untuk melihatnya kita tidak perlu lagi menggunakan mikroskop, tapi hanya cukup dengan mata telanjang saja.
Penemuan bakteri raksasa ini juga memaksa para ilmuwan melakukan redefinisi bakteri yang selama ini disebutkan sebagai makhluk hidup primitif.Â
Thiomargarita magnifica ternyata memiliki sistem yang lebih kompleks dari kebanyakan bakteri yang ada dan juga memiliki siklus hidup yang khas.
Ukuran Thiomargarita magnifica yang sangat besar ini menarik para ilmuan untuk mempelajari lebih dalam karakteristik bakteri yang unik ini.
Sebagai perbandingan ukuran sebagian besar bakteri yang ada selama ini biasanya hanya 2 mikrometer saja. Â Bakteri terbesar yang pernah ditemukan hanya berukuran 750 mikrometer.
Bakteri Thiomargarita magnifica rata rata memiliki panjang selnya 9000 mikrometer dan beberapa diantaranya mencapai ukuran lebih dari 1 cm.
Ditemukannya bakteri raksasa ini mengundang pertanyaan mendasar mengapa sel bakteri ini  dapat tumbuh lebih besar?  Demikian  juga jumlah genom yang dimilikinya juga sangat banyak.
Tidak hanya ukurannya saja yang sangat besar, ternyata siklus hidup dan perkembangbiakan bakteri ini juga unik yaitu  melalui pembelahan sel yang asimetris untuk menghasilkan sel anak nya.
Dari hasil penelitan yang lebih mendalam ini ternyata karakteristik DNA nya sangat berbeda dengan bakteri pada umumnya.
Jika pada bakteri biasa DNA yang dimiliki bakteri bergerak secara bebas daam cairan tubuhnya, namun DNA yang dimiliki oleh T. magnifica ternyata lebih kompleks karena DNA nya tersimpan dalam kompartemen kompartemen yang membuat sistem pengorganisasian nya lebih kompleks.
Keberadaan DNA yang ada pada kompartemen ini lebih mirip dengan sel eukariotik yang biasanya dimiliki oleh makhluk hidup tingkat tinggi seperti tanaman dan hewan dan juga manusia,
Jumlah DNA yang dimiliki oleh bakteri raksasa ini juga sangat banyak yaitu mencapai 12 juta dan  ada sekitar setengah  juta kopi genom. Jadi jika dihitung jumlah total basa DNA yang dimiliki oleh bakteri raksasa ini mencapai 6.000 giga  basa DNA.
Sebagai perbandingan jumlah basa yang dimiliki oleh manusia hanya mencapai 6 giga basa saja.
Penemuan jumlah basa DNA yang sangat banyak ini mengundang pertanyaan bagaimana makhluk hidup yang dikategorikan sebagai makhluk hidup yang sederhana dan primitif ini dapat  memiliki sistem yang sangat komplek.
Dari hasil penyelidikan yang lebih mendalam para peneliti berhasil  mengungkapkan bahwa T. magnifica termasuk kategori bakteri chemosynthetic yang menggunaan gula sebagai motor kehidupannya,  Gula ini disintesis dengan cara mengoksidasi komponen belerang yang dihasilkan dari pembusukan bahan organik dan sedimentasi di kawasan hutan mangrove.
Cara hidup bakteri raksasa ini juga sangat unit karena hidup dan  berkembang biak tidak di dalam tubuh makhluk hidup lain, namun justru menempel pada daun, ranting dan juga cangkang kerang yang ada di hutan mangrove tersebut,
Bahkan para peneliti juga menemukan bakteri raksasa ini banyak yang hidup menempel pada botol, plastik dan tali yang yang ada di hutan mangrove tersebut.
Penemuan bakteri raksasa ini tentunya membuka kesempatan yang lebih luas lagi untuk melakukan eksplorasi lebih dalam  terkait keragaman mikroba yang ada di bumi ini dan sekaligus membuktikan bahwa bakteri yang selama ini dianggap makhluk primitif yang berukuran mikroskopik ini  ternyata tidak benar.
Penemuan bakteri raksasa ini membuat para ilmuan harus berpikir ulang  bahwa diantara makhluk hidup tingkat rendah seperti bakteri dan mahluk tingkat tinggi seperti tanaman dan hewan ada lagi bentuk perantaranya yang selama  ini tidak pernah terpikirkan sebelum penemuan bakteri raksasa ini.
Jika  biasanya dalam film fiksi ilmiah mahkluk hidup dengan ukuran raksasa menimbulkan kehebohan dan bencana  bagi manusia, maka bakteri raksasa ini yang sangat unik ini ditemukan di wilayah mangrove di Karibia Perancis  ternyata tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.  Hanya saja istilah bakteri dan ukurannya yang sangat besar ini tetap saja mengundang rasa takut bagi yang melihatnya.
Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H