Jumlah DNA yang dimiliki oleh bakteri raksasa ini juga sangat banyak yaitu mencapai 12 juta dan  ada sekitar setengah  juta kopi genom. Jadi jika dihitung jumlah total basa DNA yang dimiliki oleh bakteri raksasa ini mencapai 6.000 giga  basa DNA.
Sebagai perbandingan jumlah basa yang dimiliki oleh manusia hanya mencapai 6 giga basa saja.
Penemuan jumlah basa DNA yang sangat banyak ini mengundang pertanyaan bagaimana makhluk hidup yang dikategorikan sebagai makhluk hidup yang sederhana dan primitif ini dapat  memiliki sistem yang sangat komplek.
Dari hasil penyelidikan yang lebih mendalam para peneliti berhasil  mengungkapkan bahwa T. magnifica termasuk kategori bakteri chemosynthetic yang menggunaan gula sebagai motor kehidupannya,  Gula ini disintesis dengan cara mengoksidasi komponen belerang yang dihasilkan dari pembusukan bahan organik dan sedimentasi di kawasan hutan mangrove.
Cara hidup bakteri raksasa ini juga sangat unit karena hidup dan  berkembang biak tidak di dalam tubuh makhluk hidup lain, namun justru menempel pada daun, ranting dan juga cangkang kerang yang ada di hutan mangrove tersebut,
Bahkan para peneliti juga menemukan bakteri raksasa ini banyak yang hidup menempel pada botol, plastik dan tali yang yang ada di hutan mangrove tersebut.
Penemuan bakteri raksasa ini tentunya membuka kesempatan yang lebih luas lagi untuk melakukan eksplorasi lebih dalam  terkait keragaman mikroba yang ada di bumi ini dan sekaligus membuktikan bahwa bakteri yang selama ini dianggap makhluk primitif yang berukuran mikroskopik ini  ternyata tidak benar.
Penemuan bakteri raksasa ini membuat para ilmuan harus berpikir ulang  bahwa diantara makhluk hidup tingkat rendah seperti bakteri dan mahluk tingkat tinggi seperti tanaman dan hewan ada lagi bentuk perantaranya yang selama  ini tidak pernah terpikirkan sebelum penemuan bakteri raksasa ini.
Jika  biasanya dalam film fiksi ilmiah mahkluk hidup dengan ukuran raksasa menimbulkan kehebohan dan bencana  bagi manusia, maka bakteri raksasa ini yang sangat unik ini ditemukan di wilayah mangrove di Karibia Perancis  ternyata tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.  Hanya saja istilah bakteri dan ukurannya yang sangat besar ini tetap saja mengundang rasa takut bagi yang melihatnya.
Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H