Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Akhirnya Amerika Tunduk pada Arab Saudi

15 Juni 2022   06:51 Diperbarui: 17 Juni 2022   06:56 2290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amerika akan bertemu dengan Pangeran Muhamad bin Salman buan depan.| Foto: AFP dan Getty Images. 

Perang Rusia dan Ukraina memang telah berdampak global dan efek dominonya terhadap harga minyak dan harga pangan dunia serta inflasi yang tampaknya luput dari perhitungan Amerika dan sekutunya.

Disamping itu tentunya tidak ada yang dapat menyangkal bahwa perang Rusia dan Ukrania telah merobah tatanan politik dunia dan juga hubungan internasional.

Salah satu faktor kunci yang mendorong perobahan ini adalah melonjaknya harga minyak dunia yang berimbas pada kenaikan bahan kebutuhan pokok dan melonjaknya inflasi di sebagian besar negara utamanya di Amerika.

Amerika kini merupakan salah satu negara yang paling terdampak akibat konflik Rusia dan Ukraina ini dengan mencatat sejarah baru angka inflasi dan kenaikan harga BBM serta harga kebutuhan bahan pokok yang mulai tidak terkendali.

Segala upaya untuk meredam inflasi ini memang sudah dilakukan oleh Amerika termasuk meningkatkan suku bunganya yang berdampak juga pada ambruknya pasar modal dunia.

Namun upaya ini belum menunjukkan hasil yang nyata karena sumber utama dari permasalahan yaitu meroketnya harga minyak belum dapat diatasi.

Dalam kondisi seperti ini OPEC ternyata tidak mau untuk membanjiri pasokan minyak dunia untuk menurunkan harga minyak dunia. OPEC memang telah meningkatkan pasokan minyaknya, namun belum cukup untuk menekan harga minyak dunia.

Sementara Amerika sudah menggunakan cadangan minyaknya yang tentunya jika tidak dilakukan secara hati-hati akan kehabisan cadangan minyaknya.

Amerika memang kini berada dipersimpangan jalan dan harus kembali menerapkan standard gandanya.

Standar Ganda 

Di satu sisi Amerika yang mendeklarasikan dirinya sebagai negara pembela Hak Asasai Manusia terus menjadikan isu HAM di Tiongkok sebagai kunci penerapan politik luar negerinya untuk menahan dan mengurangi pengaruh politik dan ekonomi Tiongkok yang mengglobal.

Di sisi lain Amerika juga telah mendeklarasikan Arab Saudi sebagai salah satu negara pelanggar HAM namun masih tetap dirangkul karena sangat kental dengan kepentingan Amerika yaitu penjualan senjata dan minyak.

Sederetan catatan terhadap pelanggaran HAM Arab Saudi memang telah dinyatakan secara eksplisit baik oleh presiden Amerika maupun parlemen.

Kasus utama yang sudah lama belum ada pemecahannya adalah kasus serangan 9/11 yang mencoreng Amerika yang berdasarkan hasil penyelidikan pihak intelejen Amerika menunjukkan bahwa sebagian besar pelakunya terkait dengan Arab Saudi dan juga dugaan aliran pendanaan serangan 9/11 ini yang bersumber dari orang penting di Arab Saudi.

Tuntutan pada Arab Saudi untuk memberikan kompensasi pada keluarga korban serangan 9/11 kini sedang berproses di pengadilan.

Kasus lain yang juga sangat klasik sehingga Amerika mencap Arab Saudi sebagai pelanggaran HAM adalah pelaksanaan hukuman mati tanpa proses pengadilan. Namun sampai saat ini Amerika memilih untuk menahan diri untuk mengungkit ungkit masalah ini demi menjaga hubungan baiknya dengan Saudi.

Kasus yang paling menonjol yang menyentuh keluarga kerajaan utamanya pimpinan Saudi Pangeran Mohamad Bin Salman (MBS) adalah kasus pembunuhan jurnalis Khashoggi yang sampai saat ini belum ada penyelesaiannya walaupun hasil penyelidikan menunjukkan bahwa pembunuhan ini merupakan perintah orang penting Saudi yang diduga Pangeran MBS.

Namun sikap Amerika dan arah politik luar negeri Amerika dalam waktu dekat tampaknya akan berubah drastis akibat dari perang Rusia dan Ukraina ini.

Politik Minyak

Joe Biden memang sedang menghadapi masalah dalam negeri yang sangat serius tidak saja masalah ekonomi namun juga dukungan terhadap Joe Biden menurun sangat tajam yang jika tidak dilakukan langkah yang tepat akan mengakibatkan Joe Biden kalah dalam pemilu mendatang dan juga Demokrat partai pendukungnya terpuruk.

Oleh sebab itu, tidak heran jika setelah untuk kesekian kalinya Amerika meminta OPEC untuk menaikkan pasokan minyak dunia namun tidak dihiraukan oleh OPEC, kini Joe Biden mengumumkan akan mengunjungi Arab Saudi dan bertemu langsung dengan Pangeran MBS untuk meminta tambahan pasokan minyak ini.

Bagi Amerika apa yang akan dilakukan oleh Joe Biden ini memang merupakan jalan terbaik untuk menyelamatkan perekonomiannya.

Oleh sebab itu bagi Amerika melupakan rekam jejak pelanggaran HAM Saudi Arabia ini akan lebih baik jika dibandingkan dengan keterpurukan perkonomiannya.

Sikap standar ganda Amerika memang bukanlah hal yang baru, karena Amerika sering melakukan hal ini apabila terkait dengan kepentingan dalam negerinya.

Sangat jelas sekali perjalanan Joe Biden ke Arab Saudi ini bertujuan utama untuk membujuk Arab Saudi untuk memasok minyak mentahnya untuk kepentingan meredam lonjakan harga BBM di Amerika yang memiliki implikasi politik.

Diperkirakan Amerika akan memainkan kartu politiknya yaitu sentimen Arab Saudi terhadap Iran yang diduga memiliki kemampuan untuk membuat bom atom dalam waktu dekat.

Dengan memainkan kartu ini Amerika akan membuka kembali asanya untuk menjual persenjataannya pada Arab Saudi.

Amerika memang sudah telanjur mencap Arab Saudi sebagai negara sponsor terorisme dan pembunuhan brutal Khashoggi yang berdasarkan hasil penyelidikan pihak intelejen Amerika terkait langsung dengan Pangeran MBS.

Namun saat ini posisi politik Pengeran MBS sangat vital dan strategis karena memiliki cadangan minyak yang sangat besar dan juga sebagai kunci perpolitikan regional di kawasan Timur Tengah.

Kunjungan Joe Biden memang tidak hanya ke Arab Saudi saja namun juga menghadiri pertemuan puncak Dewan Kerjasama Negara Teluk. Disamping itu Joe Biden juga akan bertemu dengan piminan Mesir, Jordania, dan Irak di Arab Saudi.

Sebelumnya Joe Biden akan mengunjungi Israel sebagi aliansi utamanya di kawasan Timur Tengah ini.

Namun secara politik, pertemuan lain yang akan dihadiri oleh Joe Biden ini dapat dikategorikan sebagai upaya pembungkus rasa malu Amerika yang mencap Arab Saudi sebagai negara sponsor terorisme dan juga negara pembunuh dan pelanggar HAM.

Kunjungan Joe Biden ke Arab Saudi untuk bertemu dengan Pangeran MBS dapat diartikan sebagai langkah awal Amerika untuk mengubah sikap politik luar negerinya terhadap Arab Saudi demi kepentingan minyak dan penjualan senjata untuk menyelamatkan perekonomian Amerika.

Dalam sejarahnya keberadaan minyak memang sangat vital dan dapat menimbulkan ketidakstabilan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh sebab itu, tidak heran kini Amerika sikapnya melunak terhadap Arab Saudi juga karena minyak.

Saat ini dapat dikatakan Amerika telah terlibat perang dingin dengan dua negara pesaingnya yaitu Tiongkok dan Rusia. Oleh sebab itu, Amerika tentunya harus mencari dukungan negara lain untuk mengamankan sikap politik luar negerinya utamanya untuk kepentingan dalam negeri Amerika.

Tampaknya segala cara akan ditempuh oleh Joe Biden untuk menyelamatkan kepentingan Amerika termasuk tunduk pada Arab Saudi dan melupakan pelanggaran HAM yang pernah dituduhkan oleh Amerika terhadap negara penguasa minyak ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun