Tekanan biiaya hidup yang semakin meningkat akibat meroketnya biaya bahan bakar dan harga kebutuhan hiudp pokok tidak lepas dari kebijakan luar negeri yang diambilnya yang berpihak penuh pada Amerika dan sekutunya dalam perang Rusia dan Ukraina yang menimbulkan krisis bahan bakar dan krisis pangan global.
Masalah ini tentunya tidak dapat dipandang remeh karena dalam situasi seperti ini akan mengurangi dukungan terhadap dirinya karena dapat  dianggap bahwa dirinya  membawa Inggris  masuk ke dalam situasi inflasi dan perekonomian yang tidak menentu.
Segudang masalah dalam negeri dan luar negeri  yang sedang dihadapi oleh Boris Johnson ini merupakan tantangan berat  dalam karirnya.
Peristiwa mosi tidak percaya pada senin lalu mengindikasikan bahwa Boris Johnson berada dalam posisi yang lemah dan diperkirakan akan terus digoyang oleh pihak oposisi karena undang undang Inggris memungkinkan Perdana Menteri Inggris diganti di tengah jalan.
Bola panas  kini berada di  tangan Boris Johnson,  berbagai aternatif pilihan seperti apakah dirinya meneruskan  sifat ugal ugalannya?; apakah dirinya bertindak lebih bijaksana?; apakah dirinya dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi ? ; ataukan memilih jalan mengundurkan diri sepenuhnya  tergandung pada  dirinya.
Yang jelas upaya pengalihan berbagai isu dan masalah dalam negeri yang sedang dihadapinya ke pembangungan image dalam perang Rusia dan Ukraina yang kini sedang dilakukannya tidak akan dapat menolong dirinya.
Hasil pemungutan suara pada mosi tidak  percaya yang dilakukan senin lalu paling tidak menunjukkan bahwa dukungan terhadap dirinya sebagai perdana Menteri Inggris sudah mulai memudar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H