Setelah penghentian donasi ni pihak University of Melbourne walaupun  tidak secara detail menyebutkan pihak universitas di masa mendatang  akan memberikan dokotr kehormatan di masa mendatang kepada tiga wanita dan seorang Aboorigin.
Pihak penyandang dana memang membuat penyataan yang cukup keras kepada University of Melbourne karena dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini doktor kehormatan hanya diberikan pada orang kaukasia saja.
Salah satu hal yang diharakan dari pemberian gelar doktor kehormatan ini adalah agar penerima menjadi duta dan inspirasi  yang luar biasa bagi masyarakat, sehingga jika hanya diberikan pada laki laki saja dan untuk ras tertentu sudah pasti tujuan ini tidak akan pernah tercapai.
Sebagai gambaran pemberian galar doktor kehormatan di University of Melboure ini diputuskan oleh komite yang terdiri dari  tokoh-tokoh paling senior universitas termasuk rektor dan wakil rektor.
Tindakan Snow Medical untuk mengentikan donasinya pada University of Melbourne memang memberikan sinyal  kuat bagi pendidikan tinggi dan lembaga lainnya agar dapat menjunjung tinggi prinsip equal gender dan equal opportunity.
Kejadian ini memang membuat semua pihak harus memperbaiki diri agar  kejadian ini tidak berulang dan menjadi budaya di masa mendatang.
Apa yang terjadi di Australia ini tentunya dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia yang beberapa diantaranya gemar menghamburkan gelar doktor kehormatan bahkan professor kehormatan.
Ada baiknya memang ada pihak lain yang paling tidak dapat memberikan teguran kepada perguruan tinggi yang gemar menghamburkan gelar kehormatan agar marwah gelar kehormatan ini tetap tejaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H