Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Nyamuk Semakin Cerdas

18 Februari 2022   19:00 Diperbarui: 18 Februari 2022   19:07 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Namyuk betina Aedes aegypt | Photo: BSIP SA/Alamy  

Nyamuk sudah lama menjadi perhatian ilmuwan baik menyangkut tingkah lakunya maupun dampaknya terhadap penyebaran penyakit. Banyak penyakitmenular  yang disebabkan oleh nyamuk sebagai  inang dan penyebarannya yang belum dapat diatasi dan masih merupakan penyakit yang mematikan di dunia dalam skala luas dan massif.

Menurut WHO penyakit yang ditularkan melalui vektor seperti nyamuk mewakili 17% dari persentase  penyakit menular dunia  dan 80% dari populasi dunia berisiko dari satu atau lebih penyakit yang ditularkan ke manusia oleh vektor ini

Diantaranya, penyakit yang ditularkan nyamuk seperti malaria, chikungunya, demam berdarah, demam kuning, Zika dan demam West Nile menyebabkan jutaan kasus setiap tahun dan daerah tropis dan subtropis sangat rentan terhadap penyebaran penyakit ini.

Vektor nyamuk yang paling penting adalah spesies Anopheles, Aedes dan Culex yang lebih menyukai manusia di lingkungan dimana manusia tinggal.

Pertanyaan yang paling mendasar adalah mengapa sampai sekarang para ilmuah belum juga menemukan cara yang jitu untuk mengeliminasi nyamuk penyebar penyakit ini?

Misteri ini mulai terungkap ketika tanggal 17 February 2022 ilmuwan dari Centre for Applied Entomology and Parasitology, School of Life Sciences, Keele University, Stafforshire, Inggris  mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah bergengsi Nature Science Report.

Salah satu yang membuat nyamuk sulit  dibasmi melalui insektisida adalah prilaku nyamuk yang cerdas dan mudah berubah yang dikenal dengan plasticity behaviour sehingga nyamuk dapat menghindari insektisida jika membahayakan dirinya.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa setelah nyamuk terkespos insektisida, nyamuk dapat mengasosiasikan stimulus penciuman melalui organ yang dinamakan olfaktori nya terhadap pestisida dengan efek merugikan dan selanjutnya mengambil langkah menghindari kontak pestisida.

Temuan membuktikan pentingnya kognisi yang dimiliki nyamuk sebagai penentu resistensi nyamuk pada pestisida pada populasi nyamuk yang ditargetkan pengendaliannya dengan  bahan kimia.

Hasil penelitian ini menekankan  bahwa pembasmian nyamuk tidak akan berhasil tanpa memahami tingkah laku alami nyamuk.

Semakin Cerdas

Dengan menggunakan berbagai organ penglihatan, penciuman, rasa dan pendengarannya nyamuk dapat bergerak dan bertahan hidup serta melakukan  reproduksi. Hal yang paling menarik adalah nyamuk memiliki kemampuan pembelajaran asosiatif dalam mencari makan, bertelur dan kawin.

Selama ini tindakan pengendalian vektor kimia dalam bentuk kelambu berinsektisida, penyemprotan residu dalam ruangan dan penyemprotan luar ruang telah terbukti paling efektif dalam mengurangi populasi nyamuk dan penularan penyakit.

Namun dalam perkembangannya penggunaan insektisida yang mulai diperkenalkan di tahun 1930 an ini membuat nyamuk menjadi resisten dan pengugunaan insektisida tidak lagi efektif dalam mengendalikan populasi nyamuk terutama yang menjadi vektor penyebaran penyakit yang membahayakan.

Resistensi ini berdasarkan hasil beberapa penelitian salah satunya melibatkan mutasi gen yang mengkode situs pengikatan protein dimana insektisida bekerja.

Mekanisme lainnya ditengarai melibatkan resistensi metabolik yang dihasilkan oleh enzim detoksifikasi seperti P450 monooxygenases, esterases, dan glutathione S transferases (GST) yang menonaktifkan insektisida melalui metabolisme.

Seperti yang telah diuraikan di atas, hasil penelitian ini membuktikan bahwa nyamuk betina semakin lama semaikin cerdas karena ketika sebagian nyamuk betina ini dapat bertahan terhadap dosis insektisida yang diberikan maka nyamuk ini dapat belajar dari pengalamannya sehingga di kemudian hari dapat mengindari insektisida ini.

Hal yang paling menakjubkan ternyata proses belajar ini terjadi dengan sangat cepat sehingga nyamuk dapat selamat dan menghindari insektisida.

Berdasarkan kenyataan ini dalam pengendalian nyamuk  tentunya diperlukan strategi tersendiri karena pengendalian nyamuk  dengan insektisida tidak lagi efektif.

Insektisida  selama ini memang berdampak pada nyamuk dengan cara melakukan penetrasi kutikula (lapisan kerangka luar) nyamuk sehingga bahan kimia dapat memasuki tubuh nyamuk dan menyebabkan tidak berfungsinya sistem syaraf nyamuk dan menunuhnya.

Namun pada kenyataannya nyamuk yang selamat dari insektisida secara cepat dapat beradaptasi dengan memepertebal kutikula yang dimilikinya sehingga insentisida tidak efektif lagi melakukan penetrasi.

Hasil penelitan ini juga menunjukkan bahwa resistensi nyamuk terhadap berbagai insektisida yang ada sudah mulai meluas termasuk resistensi terhadap malathion, propoxur, deltamethrin, permethrin dan  lambda-cyhalothrin dengan cara mengeneali insektisida ini dan merubah prilakunya untuk menghindari insektisida ini.

Sehingga tidak heran jika insektisida disemprotkan di dalam rumah, maka nyamuk menghindari masuk ke dalam rumah dan menunggu orang keluar rumah untuk menggigitnya.

Hal yang paling mengagumkan bahwa ternyata perubahan prilaku  dan kemampuan menghindar insektisida ini diwariskan pada keturunannya, sehingga kerurunanya juga memiliki resistensi dan perubahan prilaku.

Lantas Harus Bagaimana?

Dengan semakin bertambah cerdasnya nyamuk menghindari insektisida ini, peneliti ini menekankan pentingnya melakukan melakukan pemantauan nyamuk di wilayah tropis dan sub tropis dimana nyamuk ini secara alami dapat berkembang biak dengan sangat baik.

Pembasmian nyamuk dewasa dengan menggunakan insektisida tampaknya bukan lagi merupakan satu satunya pilihan karena akan memicu lebih lanjut resistensi nyamuk terhadap insektisida.

Salah satu pilihan untuk mengendalikan populasi nyamuk adalah membunuh nyamuk ketika masih dalam tahapp larva yang hidup diair yang kita kenal sebagai jentik,

Sebagai contoh nyamuk penyebar demam berdarah A. aegypti menyukai bertelur pada air bersih, sehingga memutus siklus hidpnya akan lebih efektif jika disbanding dengan menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa.

Fenomena terjadinya resistensi nyamuk terhadap insektisida baik melalui mekanisme perubahan DNA, morfologi maupun tingkah laku ini menunjukkan bahwa pengendalian penyakit menular yang vektornya adalah nyamyuk seperti seperti malaria, chikungunya, demam berdarah, demam kuning, Zika dan demam West Nile memerlukan strategi baru yang lebih efektif.

Ada anekdot yang cukup menarik terkait pengendalian nyamuk di Indonesia yaitu "bagaimana nyamuk  tidak semakin merajalela di Indonesia karena  tiap malam nyamuk  diberi obat nyamuk sehingga pastilah nyamuk  Indonesia semakin lama semakin sehat"

Ketika nyamuk semakin cerdas manusia harus lebih cerdas lagi tentunya

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun