Terkait perubahan global peta produsen Kopi, jambu mete dan alfukat ini di tahun 2050 mendatang, tim peneliti dari  Zurich University of Applied Sciences dua hari yang lalu mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah internasional bereputasi PLOS.
Hasil penelitian yang diberi judul Expected global suitability of coffee, cashew and avocado due to climate change memberikan gambaran bagi kita semua bagaimana di tahun 2050 mendatang terjadi perubahan peta produsen ketiga tanaman perkebunan ini.
Hasil penelitian ini dinilai penting karena data yang dihasilkan dapat informasi penting terkait langkah antisipasi yang harus dilakukan termasuk di dalamnya varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi iklim di masa mendatang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil simulasi nasib tanaman kopi, jambu mete dan alpukat di tahun 2050 mendatang akan sangat ditentukan oleh  faktor iklim, terutama musim kemarau yang panjang, suhu rata-rata (tinggi dan rendah), suhu minimum dan curah hujan tahunan (tinggi dan rendah)  yang merupakan faktor pembatas  luasan global wilayah tumbuh nya dibandingkan dengan hanya sekedar parameter tanah seperti pH tanah yang rendah, tekstur tanah yang kurang baik dan lereng yang curam.
Pada tahun 2050 mendatang peta wilayah tanaman kopi, jambu mete dan alpukat di dunia berubah secara drastis  utamanya karena terjadinya pemanasan global.
Wilayah perkebunan  kopi di Indonesia, Brazil, Vietnam dan Kolumbia akan berkurang secara drastis mencapai 50%, sedangkan untuk wilayah perkebunan jambu mete dan alpukat justru akan meningkat namun produksinya diperkirakan  masih di bawah level produksi saat ini.
Perubahan drastis ini utamanya disebabkan oleh perubahan kelembaban udara yang akan terjadi selama 30 tahun mendatang.
Khusus untuk tanaman kopi yang sangat sentitif terhadap kenaikan suhu yang diprediksi akan terjadi di sebagian besar wilayah produsen kopi arabika dunia, akan mengalami penurunan sebesar 50%.