Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Resistensi Anti Mikroba Ancaman Baru bagi Dunia

21 Januari 2022   19:30 Diperbarui: 21 Januari 2022   19:34 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: emro.who.int 

Dunia kini sedang was was karena ancaman resistensi anti mikroba sudah  menjadi kenyataan  yang sangat mengkhawatirkan.

Hasil penelitian di jurnal ilmiah ternama Lancet menunjukkan data yang cukup mengagetkan karena saat ini diseluruh dunia  terdapat sekitar 3.500 orang setiap harinya meninggal dunia karena fenomena resistensi antimikroba.

Tidak hanya sampai disitu saja hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada tahun 2019  lebih dari 1.2 juta orang meninggal dunia karena infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Anti Microbial Resistance (AMR) kini merupakan fenomena global yang sangat mengkhawatirkan karena angka kematian yang ditimbulkannya sudah melebihi kematian akibat HIV/AIDS ataupun malaria.

Akibat adanya fenomena ini,  terjadi ratusan ribu kematian di seluruh dunia karena infeksi umum yang sebelumnya dapat diatasi dan diobati dengan antibiotik kini tidak lagi dapat diatasi karena terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Fenomena resistensi antimikroba memang sudah  beberapa lama dipublikasikan di beberapa negara namun masih fokus hanya pada  beberapa kombinasi obat saja, namun sampai saat ini belum terdapat data terkait studi tentang resistensi ini yang mencakup baik yang menyangkut bakteri pathogen dan kombinasi obat yang lebih luas luas.

Oleh sabab itu hasil penelitian yang diterbitkan di Lancet ini paling tidak memberikan gambaran baki kita semua betapa mengkhawatirnya fenomena resistensi  anti mikroba ini.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Global Research on Antimicrobial Resistance (GRAM) diperkirakan pada tahun 2019 resistensi antimiroba ini terjadi di 204 negara dan  terdapat 23 patogen dan 88 kombinasi.

Hasil peneltian ini juga menunjukkan bahwa pada tahun 2019 terdapat 1,27 juta kematian di seluruh dunia yang terjadi akibat resistensi antimikroba ini, sedangkan angka kematian akibat HIV/AIDS dan malaria pada tahun yang sama hanya 860 ribu dan 640 ribu kematian.

Resistensi anti mikroba ini ternyata terjadi di semua kelompok umum dimana kelompok anak anak di bawah lima tahun lebih berisiko tinggi.

Hasil penelitan ini tentunya merekomendasikan adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan tindakan nyata  untuk mengatasi resistensi anti mikroba ini  untuk menyelamatkan jiwa lebih banyak lagi baik melalui penelitian untuk menghasilkan obat baru untuk mengatasi fenomena ini dan juga untuk memperbaiki sistem kesehatan yang ada.

Tindakan  ini paling tidak harus mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang ada, mengambil tindakan  yang lebih  untuk memantau dan mengendalikan infeksi serta  menyediakan lebih banyak dana untuk mengembangkan antibiotik dan sistem perawatan baru.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa angka kematian tertinggi akibat resistensi antimikroba ini ternyata ada di wilayah Sub Sahara Afrika dengan tingkat kematian 24 per 100 ribu penduduk  dan Asia Selatan dengan 22 per 100 ribu penduduknya.

Sementara itu jika difokuskan di negara yang berpenghasilan tinggi di kawasan Eropa Barat maka tingkat kematiannya juga ada tahap yang menghawatirkan yaitu 56 kematian dari setiap 100 ribu penduduknya.

Sebagaimana dengan kasus Covid-19 fenomena resitensi antimikroba ini menurut pakar kesehatan memerlukan komitmen global dalam pengendalinnya termasuk upaya pencegahannya seperti mencuci tangan, pengawasan serta investasi yang memadai dalam perawatan penderita  yang mengalami resistensi anti mikroba ini.

Ibarat fenomena bola salju, jika dunia terlambat mengantisipasi dan mengatasi dampak dari resistensi anti  mikroba ini maka ke depan fenomena  ini akan menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi dunia.

Rujukan : Satu, Dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun