Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menguak Rahasia Kerbau Belang Toraja

16 Januari 2022   10:47 Diperbarui: 16 Januari 2022   12:29 2425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     

Konservasi sumberdaya ternak lokal sangat erat hubungannya dengan budaya setempat yang sudah mengakar selama ratusan bahkan ribuan tahun lamanya. Sebagai contoh keberadaan kerbau belang di Tana Toraja sangat penting bagi masyarakat setempat karena terkait dengan budaya dan kepercayaan setempat yang diwariskan secara turun menurun.

Terkonsentrasinya populasi kerbau belang di Tana Toraja dalam jumlah yang cukup banyak memang sangat unik dan tidak ditemui di belahan dunia  manapun.

Bagi masyarakat Toraja,  kerbau tidak saja melambangkan kesejahteraan pemiliknya namun juga merupakan bagian penting dalam upacara Rambu Solo yang merupakan ritual acara pemakaman yang telah  mengakar di budaya masyarakat Toraja.

Dalam ritual ini kerbau diperaya merupakan kekuatan dan wahana arwah untuk mencapai nirwana.  Semakin banyak kerbau yang dikorbankan dalam ritual pemakaman ini maka dipercaya akan semakin baik  kehidupan mediang di alam baka.

Kerbau belang tidak dapat dipisahkan dari budaya dan masyarakat Toraja. Photo:  wego.com 
Kerbau belang tidak dapat dipisahkan dari budaya dan masyarakat Toraja. Photo:  wego.com 

Harga seekor kerbau belang berkisar antara ratusan juta sampai 1 milyar dan sangat tergantung pada pola warna kerbau belang ini.

Kerbau belang yang ada di Tana Toraja memiliki pola warna yang berbeda beda dan masing masing memiliki nama sendiri.  Salah satu pola warna yang paling penting dan berharga adalah yang dinamakan Tedong  Bonga Saleko.

Berbagai macam pola warna kerbau Toraja. Photo: Yusnizar et al. 2015, Catatan: penulis adalah anggota tim peneliti
Berbagai macam pola warna kerbau Toraja. Photo: Yusnizar et al. 2015, Catatan: penulis adalah anggota tim peneliti

Kerbau belang yang masuk kategori  Tedong  Bonga Saleko memiliki warna dasar hitam  dengan corak warna putih  dengan ciri khas  pola tertentu.

Jarangnya munculnya kerbau belang dengan pola warna ini membuat harga seekor Tedong Bonga Saleko dapat mencapai Rp. 1 milyar.

Misteri munculnya pola warna yang sangat khas pada kerbau belang ini memang sudah lama menarik perhatian ilmuwan untuk menguak rahasia ini.  Namun salah satu faktor yang membuat penelitian  tidak dapat dilakukan dengan secara mendalam  karena pemilik kerbau belang ini umumnya tidak memperbolehkan  kerbaunya menjadi objek penelitian.

Bagi pemiliknya kerbau belang ini memang diperlakukan dengan sangat istimewa dan tidak boleh sembarang orang menyentuh kerbaunya.

Dalam rangka melestarikan keberadaan sumberdaya genetik ternak lokal yang sangat unik  ini tim peneliti gabungan dari Fakultas Peternakan IPB, Fakultas Kedokteran Hewan IPB University,  LIPI, Swedish Agriculture University (SLU, Swedia) dan Uppsala University (Swedia) telah melakukan upaya untuk menguak rahasia dibalik uniknya pola warna kerbau belang ini.

Penelitian ini dinilai sangat stategis dan penting mengingat di lapangan keberadaan kerbau belang ini terancam punah karena tingkat mortalitas embrio dan anak yang tinggi, tingkat kesuburannya yang rendah dan belum diketahuinya mekanisme penyebab munculnya pola belang dan pola pewarisannya.

Setelah melakukan kesepakatan dengan tetua dan masyarakat adat tim peneliti ini diijinkan untuk mengambil  sperma kerbau belang yang telah dikorbankan dalam upacara dan diambil dari saluran epididymis. Walaupun kerbau sudah mati, sperma masih dapat hidup dan  bertahan hidup di saluran  epididymis selama  beberapa lama.

Peluang inilah yang dimanfaatkan olehtim  peneliti untuk mengambil materi genetiknya untuk selanjutnya dianalisa runutan basa gen nya untuk mengetahui basis genetik apa sebenarnya yang  menyebabkan kerbau ini memiliki pola warna yang sangat khas.

Sperma yang diambil dari saluran epididymis kerbau belang yang telah dikorbankan ini selanjutnya dibekukan dengan menggunakan nitrogen cair sebelum dianalisa lebih lanjut.

Mengingat  jumlah sperma kerbau belang ini relatif  sedikit maka tim peneliti juga mengembangkan dan menggunakan teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection  agar jumlah sperma yang sangat sedikit ini dapat digunakan dengan baik untuk melakukan inseminasi buatan.

Dengan menggunakan teknologi  ini hanya diperlukan satu sperma yang viable untuk membuahi sel telur sehingga dapat menghasilkan embrio.  Selanjutnya dengan menggunakan teknik embrio transfer embrio ini ditanamkan pada dinding uterus kerbau betina lain.

Penggunaan teknik ini memungkinkan kerbau belang dapat diperbanyak populasi dan juga dijaga kelestariannya.  Disamping itu embrio kerbau belang beku kerbau belang ini dapat disimpan dalam waktu cukup lama sebelum digunakan untuk embrio transfer.

Setelah dilakukan karakterisasi sperma kerbau belang yang diambil dari epididymis, dikembangkannya teknik inseminasi Intra Cytoplasmic Sperm Injection, selanjutnya dilakukan analisis DNA untuk mengetahui mekanisme genetik pemunculan pola belang ini.

Analisis DNA yang dilakukan  difokuskan pada  gen microphthalmia-associated transcription factor (MITF) yang secara umum mengatur kemunculan warna totol totol (spotted) pada kerbau rawa Asia (Bubalus bubalis carabanensis).

Dalam mendeteksi terjadinya mutasi di gen ini semua ekson MITF serta daerah intron serta pengapitnya diteliti dengan seksama. Disamping itu dianalisa juga MITF cDNA mewakili jaringan kulit dan iris kerbau belang, kerbau biasa (normal) dan kerbau albino dirunut DNA nya untuk mendeteksi mutasi dan membandingkan pola mutasi nya.

Hasil penelurusan DNA kerbau belang ini menunjukkan bahwa kemunculan pola belang ini disebabkan karena adanya mutasi DNA di gen MITF.

Ada dua mutasi independen yang dinamakan loss-of-function mutations yang terjadi yaitu premature stop codon (c.328C>T, p.Arg110*) dan donor splice-site mutation (c.840+2T>A, p.Glu281_Leu282Ins8).  Kedua mutasi DNA inilah yang menyebabkan kerbau Toraja memiliki pola warna belang.

Keberhasilan peneliti mengidentifikasi dan menguak rahasia dibalik munculnya pola  belang pada kerbau Toraja  ini tentunya sangat penting dalam upaya melestarikan keberadaan kerbau belang yang dianggap sakral  dan sudah mengakar pada budaya masyarakat setempat.

Ke depan embrio kerbau belang yang memiliki mutasi  sangat spesifik yang mengakibatkan munculnya pola warna belang ini dapat dikembangkan untuk memperbanyak populasi kerbau belang jika pada suatu saat nanti kerbau belang Toraja statusnya langka dan hampir punah.

Dengan diketahuinya penyebab dan mekanisme kemunculan warna belang pada kerbau Toraja ini maka keberadaan kerbau belang yang merupakan salah satu plasma nutfah khas Indonesia ini dapat dilestarikan dengan menggunakan pendekatan budaya dan teknologi modern.

Rujukan : Satu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun