Membahas Engkong Felix memang tidak ada habis habisnya karena merupakan sosok langka di Kompasiana. Ibarat makan masakan Sunda tanpa lalap dan sambal  maka buyarlah citra masakan sunda tersebut.
Dengan komposisi gen nya yang tergolong langka, Engkong Felix dapat terus bertahan di kawah candradimuka Kompasiana sejak tahun 2014 lalu dengan segala dinamikanya.
Saat ini sudah dapat dipastikan Engkong Felix dalam keadaan "menderita lahir bathin" karena sudah terlanjut bersumpah tidak membuat kegaduhan di Kompasiana namun gejolak batin untuk bersuara ketika ketidakadilan terjadi masih membara.Â
Tapi yang jelas sampai saat ini Engkong Felix masih bertahan dengan sumpah "kelapa" nya, bergoyang dan melambai sesuai dengan tiupan angin.
Dengan produksi tulisan sebanyak 1.392 artikel dan telah dibaca sebanyak 1.248.397 (sampai artikel ini ditulis) Â Engkong Felix sebenarnya tidak perlu lagi membuktikan ketulusan cinta sejatinya pada Kompasiana.
Pemberontakan engkong Felix selama ini dapat diindikasikan sebagai curahan cinta sejatinya tersebut pada Kompasiana.
Jika ditelisik lebih dalam lagi, maka kita akan mendapatkan data statistik yang menarik karena setiap artikel yang ditulis oleh Engkong Felix masih sangat wajar jumlah view (sebagian besar kisaran ratusan, sebagian lagi  kisaran ribuan, beberapa  yang di atas 10 ribuan).
Jadi jika dilihat dari ilmu statistik, perolehan view Engkong Felix walaupun mengarah pada ketidaknormalan ke arah kanan (skewed distribution) masih dianggap normal dan mewakili fenomena umum perolehan suara kompasianer pada umumnya.
Kerja keras Engkong Felix mencangkul di sawah dan membuahkan panen tulisan dapat dikatakan merupakan profil umum jumlah view kebanyakan kompasianer.  Dalam bahasa  awamnya tidak ada lonjakan jumlah view yang spektakuler dan tidak masuk akal yang sampai mencapai ratusan ribu view.
Jika diamati dari data empiris jumlah view kompasiener yang sering manggung setiap harinya di lapak Kompasiana, maka kita akan mendapatkan fakta sebagai berikut.
- Bagi aktivis kompaiana perolehan view ketika manggung  di kategori "nilai tertinggi" biasanya berkorelasi positif dengan kategori "popular". Hal ini sangat wajar karena jam penampakannya lebih lama  sehingga menarik pembaca.
- Dalam hitungan 12 jam biasanya jumlah view nya yang normal mencapai ratusan (beberapa ada yang mencapai ribuan) dan setelah selesai jam tayang di katerori artikel utama, popular dan nilai tertinggi perolehan suaranya akan menurun drastis.
- Khusus untuk artikel extraordinary, Â tren perolehan view nya dapat saja berlanjut mencapai ribuan sehingga bercokol di tren minggu ini (tapi sangat jarang).
Fenomena yang terjadi untuk poin 1, 2 dan 3 adalah fenomena perolehan view normal bagi hampir setiap kompasiener.  Bahkan Kompasiner senior sekelas Pak Tjip saja  masih sering mengalami kemarau jumlah view nya yang hanya mencapai puluhan saja.
Data  Artikel utama dalam pembahasan ini sengaja dikeluarkan karena tidak setiap kompasiner memiliki kesempatan yang sama.
Mengabaikan data perolehan view Artikel Utama sangat wajar dalam ilmu statistik untuk mendapatkan pembahasan yang valid dan tidak ada "noise data".
Kembali kepada perolehan view Engkong Felix, maka dapat disimpulkan bahwa Engkong Felix jujur alias tidak menggunakan "kekuatan ghaib" dalam mendongkrak viewnya.
Engkong Felix tampaknya tidak hobby menggunakan "kekuatan ghaib", Â kecuali jika sudah tanggal tua engkong membakar menyan untuk menghindari dept collector yang menagih hutang kopi dan pisang goreng di warung tetangga.
Sesuai dengan habitat Engkong Felix sebagai petani, maka perolehan viewnya merupakan hasil kerja keras engkong dalam mencangkul dan mengolah tanah dan memupuknya serta menggunakan sedikit ilmu paranormal dengan menancapkan orang orangan sawah di lahan Engkong agar kekuatan jahat yang akan mengganggu panen Engkong Felix menjauh alias tidak betah.
Fenomena perolehan view Engkong Felix ini dapat dijadikan patokan untuk pembahasan "anomali" perolehan suara yang diperoleh oleh beberapa kompasier.
Salah satu fenomena yang sering terjadi adalah nongkrong di kategori popular namun tidak sekaligus nongrong di nilai tertinggi. Fenomena ini dapat diartikan bahwa perolehan view yang diperolehnya ada kemungkinan sebagain besar  dari luar komunitas kompasiana.
Fenomena ini mencerminkan bahwa jika terjadi fenomena lonjakan suara dalam hitungan hari setelah 12 jam artinya lonjakan view yang diperoleh artikel tersebut sudah hampir dapat dipastikan bukan berasal dari kalangan kompasiner tapi ada "kekuatan ghaib" yang bermain.
Lonjalan jumlah view sampai mencapai lebih dari ratusan ribu padahal selama 12 jam tayang jumlah perolehan viewnya hanya mencapai ratusan saja mengindikasikan adanya pengaruh kekuatan ghaib ini.
Dari pengalaman empiris seberapapun  kuatnya koneksi kompasianer dalam memforward link artikel yang dirulisnya di Kompasiana ke "in group" nya tentunya akan meningkatkan jumlah view tapi tidak akan pernah mencapai level  spektakuler, kecuali kualitas artikelnya unik dan mengundang penasaran banyak orang.
Terkait fenomena "kekuatan Ghaib" ini saya masih ingat ketika di salah satu stasiun TV ada Kontes Dangdut Indonesia (KDI), bagaimana upaya teman teman yang sedaerah dengan penyanyi yang ingin diorbitkannya bekerja sangat keras dan sistematis  untuk mengerahkan semua kekuatannya untuk meningkatkan jumlah vote nya dengan cara yang tidak masuk akal.
Upaya ini memang berhasil meningkatkan jumlah vote penyanyi yang diorbitkannya, tapi jelas sekali terlihat ketimpangan karena kualitas pedangdut yang berada di bawah kualitas penyayi yang tersingkirkan.
Dalam hal ini hukum rimbalah yang bermain, siapa yang kuat pasukannya akan dapat mempengaruhi penyayi mana yang akan dapat bertahan.
Engkong Felix mungkin saja juga mengalisa fenomena ini dan merasakan bagaimana kurang asyiknya goyangan joged jika penyanyi katrolan ini mendendangkan lagunya.
Perjalanan engkong Felix di Kompasiana memberikan pelajaran hidup yang sangat bermanfaat bagi kita semua bahwa kejujuran dalam memperoleh view itu sangat penting dan berada di atas segala galanya karena tidak saja menyangkut reputasi Engkong sebagai "penceria suasana" di Kompasiana, namun juga menyangkut reputasi akademik Engkong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H