Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akankah Thorium Menjadi Tren Baru Energi Dunia?

28 Agustus 2021   13:22 Diperbarui: 28 Agustus 2021   14:06 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prototipe rektor thorium berbasis garam cair di propinsi  Gansu . Photo. Reuters: Carlos Garcia Rawlins

Sebagian besar dari kita memang  lebih mengenal Uranium sebagai salah satu sumber energi nuklir yang popular saat ini dan tidak banyak yang mengetahui thorium sebagai sumber energi nuklir lainnya.

Penelitian terkait thorium sebagi sumber nergi nuklir memang bukanlah hal baru, sebab Amerika di era tahun 1970 an telah berupaya untuk mengggunakan thorium ini namun entah karena apa akhirnya Amerika memilih Uranium.

Kini Tiongkok telah masuk dalam perlombaan pengembangan energi baru  yaitu   pengembangan energi nuklir dengan menggunakan thorium.  Saat ini prototipe reaktor telah dibuat dan diujicobakan di provinsi Gansu dengan kapasitas reaktor untuk menghasilkan energi 2 megawatt.

Prototipe rektor thorium berbasis garam cair di propinsi  Gansu . Photo. Reuters: Carlos Garcia Rawlins
Prototipe rektor thorium berbasis garam cair di propinsi  Gansu . Photo. Reuters: Carlos Garcia Rawlins

Hal yang menrik perhatian adalah rektor ini dibangun di gurun pasir karena rektor tidak membutuhkan air.

Langkah Tiongkok mengembangkan sumber energi baru ini memang mengejutkan dunia, karena jika berhasil maka akan menjadi jawaban sumber energi masa depan karena lebih aman, lebih murah dan kemungkinan disalahgunakan untuk menjadi senjata pembunuh masal seperti uranium sangat lecil.

Apa itu  Thorium?

Thorium merupakan elemen metal yang memiliki radioaktif.  Didalam tabel periodik thorium letaknya berdekatan dengan uranium.

Di era tahun 1940 an thorium memang sudah digadang gadang sebagi sumber energi alternatif. Saat itu Amerika sedang giat giatnya mengembangkan energi nuklir.

Ketersediaan thorium lebih banyak jika dibandingkan dengan uranium. Photo: Wikimedia Commons/W Oelenn
Ketersediaan thorium lebih banyak jika dibandingkan dengan uranium. Photo: Wikimedia Commons/W Oelenn

Posisi thorium di tabel periodik. Sumber:  chemistrylearner.com
Posisi thorium di tabel periodik. Sumber:  chemistrylearner.com

Sumber: chemistrylearner.com   
Sumber: chemistrylearner.com   

Dalam perkembangannya di era tahun 1970 an Amerika bahkan telah mengembangkan reaktor nuklir thorium berbasis garam cair  di Laboratorium Nasional Oak Ridge di Tennessee. Namun akhirnya proyek ini ditinggalkan.

Diduga proyek ini gagal karena teknologi yang digunakan untuk mengkonversi thorium menjadi energi gagal.

Thorium yang berasal dari kata Thor yang merupakan dewa guntur Norse ini memang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan uranium.

Diitinjau dari limbah radioaktifnya, limbah thorium hanya perlu perlu disimpan selama sekitar 500 tahun, sedangkan uranium memerlukan ribuan tahun.

Disamping itu jika ada upaya untuk menggunakan elemen ini sebagai senjata, maka akan memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan uranium.

Reaktor torium akan melarutkan elemen kuncinya menjadi garam fluorida yang sebagian besar menghasilkan uranium-233 yang dapat didaur ulang  melalui reaksi lain.  Oleh sebab itu jika ada kebocoran, garam cair yang digunakan  cukup dingin sehingga secara efektif menutup thorium dan mencegah kebocoran yang signifikan.

Oleh sebab itu diduga bahwa Amerika lebih memilih Uranium karena tujuan utamanya adalah membuat senjata, namun ada juga dugaan bahwa pemilihan uranium ini dikarenakan   kemudahannya untuk dijadikan sumber energi.

Pemilihan thorium sebagi sumber energi oleh Tiongkok ini memang cukup mengejutkan karena tingkat kesulitannya lebih tinggi jika dibandingan dengan menggunakan uranium.

Negara lain yang juga pernah mencoba thorium sebagai energi nuklir adalah India, namum tidak pernah berhasil walaupun telah puluhan tahun mencobanya.

Harapan Baru

Masuknya Tiongkok dalam perlombaan pengembangan sumber energi nuklir baru ini memang sangat menarik karena berdasarkan hasil yang telah dipublikasikan oleh Institut Fisika Terapan Shanghai, reaktor mini  memggunakan thorium berbasis garam cair  dapat menghasilkan energi listrik sebesar 100 megawatt yang dapat mencukupi kebutuhan sekitar 100 ribu orang.

Reaktor  thorium berbasis garam cair tidak menggunakan air untuk pendinginan seperti pembangkit listrik tenaga nuklir tradisional sehingga dapat dibangun di daerah gurun.

Pembangkit tenaga listrik  komersial pertama yang menggunakan teknologi baru ini direncanakan akan beroperasi pada tahun 2030 dan tentunya akan menjadi lompatan yang cukup menyakinkan yang akan menunjang program bebas energi berbasis karbon Tiongkok di tahun 2060 mendatang.

Penggunaan garam cair sebagai pengganti air memang merupakan lompatan teknologi yang cukup mengembirakan, karena  reaktor akan lebih murah dan juga dapat mengurangi resiko bencana melelehnya reaktor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun