Pareidolia sering kali  memiliki nuansa religius. Sebuah penelitian di Finlandia menemukan bahwa orang-orang yang religius atau sangat percaya pada hal-hal gaib lebih dimungkinkan untuk dapat melihat wajah dalam objek tertentu dan juga pemandangan yang tidak bernyawa.
Leonardo da Vinci juga pernah menulis tentang pareidolia ini dan menggambarkannya sebagai perangkat artistik. Oleh sebab itu menurutnya jika kita melihat dinding yang memiliki berbagai noda maka bukan tidak mungkin kita  seolah  dapat melihat noda noda tersebut sebagai komposisi bebatuan yang merupakan bagian dari pemandangan alam seperti gunung, sungai dan bebatuan, daratan dan lembah.
Kelainan psikologi?
Pareidolia memang bukan merupakan kelainan psikologi namun lebih kepada intepretasi ilusi visual objek yang pemicunya masih belum dapat dijelaskan.
Namun jika orang yang mengalami Pareidolia pikirannya terus menerus  dipengaruhi  oleh gambar suara yang seolah dilihat dan didengarnya nyata maka tentunya dalam jangka panjang akan mempengaruhi kejiwaannya.
Gangguan persepsi visual, termasuk ilusi dan halusinasi yang berkelanjutan tentunya  dapat membuat orang merasa  tertekan.
Pareidolia termasuk jenis ilusi visual kompleks yang sering terjadi tetapi jarang dilaporkan pada pasien yang mengalami depresi.
Jika Pareidolia ini dikaitkan dengan agama dan politik maka bukan tidak mungkin akan banyak orang yang terparuh dan menimbulkan ketakutan.
Mungkin diantara kita masih ingat ketika bentuk awan tertentu yang dihubungkan dengan akan datangnya gempa bumi dan tsunami yang menimbulkan ketakutan banyak orang yang mempercayainya.
Pareidolia sebenarnya  bukan hanya sekedar  melihat wajah saja, namun dapat menimbulkan dampak besar pada  dirinya dan orang lain yang  menafsirkan  makna gambar yang dilihatnya.
Intrepretasi liar inilah yang dapat membuat masyarakat panik dan tidak jarang menimbulkan dampai seperti khawatir, mual, tidak mau makan dan khawatir akan mendapat musibah dan wabah penyakit.