Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ini Dia Kota yang Paling Tinggi Biaya Hidupnya di Dunia

23 Juni 2021   05:00 Diperbarui: 26 Juni 2021   02:55 3387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang yang terpaksa tinggal di negara lain karena urusan kantor dan urusan lainnya, salah satu pertimbangan utamanya adalah biaya hidup.

Tingkat kemahalan biaya hidup suatu kota biasanya ditentukan oleh peran kota tersebut sebagai pusat perekonomian, namun hasil  survei terbaru yang dikeluarkan oleh Mercer yang baru saja dikeluarkan minggu ini mungkin di luar bayangan kita semua karena ada faktor lainnya yang juga berperan seperti situasi politik, pandemi, kondisi perekonomian negara dll nya.

Mercer memang secara rutin mengeluarkan daftar kota berdasarkan  biaya hidup (sumber).

Komponen yang dimasukkan oleh Mercer dalam penentuan ranking biaya hidup kota di dunia meliputi biaya tempat tinggal, transportasi dan makanan.  Secara total ada sekitar 200 barang dan jasa yang diolah sebagai penentu rangking.

Disamping itu survei biaya hidup yang dilakukan juga mempertimbangkan fluktuasi mata uang dan tekanan inflasi dan deflasi pada barang, jasa dan akomodasi.

Tahun 2021 ini Mercer telah melakukan survei  dan melakukan pemeringkatan berdasarkan biaya hidup di 209 negara termasuk Jakarta.

Bagaimana Hasilnya?

Sepuluh kota termahal dunia dan 10 kota termurah dunia secara lengkap dapat dilihat pada Gambar berikut:

10 kota termahal (merah) dan termurah (biru) biaya hidupnya di dunia. Sumber: Mercer
10 kota termahal (merah) dan termurah (biru) biaya hidupnya di dunia. Sumber: Mercer
Secara mengejutkan kota yang paling mahal didunia untuk menjadi tempat tinggal karyawan internasional adalah Ashgabat dan diikuti oleh Hong Kong dan Beirut.

Jika kita amati lebih dalam lagi bahwa ketika kota termahal d idunia ini salah satunya disebabkan karena gejolak politik.  

Sebagai contoh Lebanon posisinya  naik 42 posisi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya akibat gejolak politik yang terjadi beberapa tahun terakhir. Pandemi COVID-19 dan ledakan Pelabuhan Beirut ternyata berdampak pada perekonomian kota ini dan menyebabkan inflasi yang mencapai rekor tertinggi.

Dibandingkan tahun lalu, Tokyo dan Zurich masing-masing turun satu peringkat ke posisi keempat dan kelima. Kota-kota lain yang masuk dalam 10 besar peringkat kota dengan Biaya Hidup tertinggi dunia adalah Shanghai (6), Singapura (7), Jenewa (8), Beijing (9) dan Bern (10). 

Kota paling murah di dunia untuk karyawan internasional menurut survei Mercer adalah Tbilisi (207), Lusaka (208) dan Bishkek (209).

Bagimana dengan Jakarta?

Jika dibandingkan dengan rangking kota Jakarta dalam hal biaya hidup pada tahun 2020, kota ini mengalami penurunan. Pada tahun 2020 lalu Jakarta menempati posisi ke 86  sebagai kota termahal di dunia, namun di tahun 2021 Jakarta menempati rangking ke 105 dari 209 negara yang disurvei oleh Mercer.

Jika dibandingkan dengan negara negara di ASEAN maka rangkingnya mulai dari yang termahal sampai yang termurah adalah Singapura (7), Bangkok (46), Manila (78), Yangon (104) Jakarta (105) Bandar Sri Begawan (122), Phnom Penh (125), Hanoi (139) dan Kuala Lumpur (152).

Jika dibandingkan dengan negara tetangga terdekat kita, biaya hidup di kota besar di Australia mamang lebih mahal dari Jakarta.  Urutan kota termahal di Australia adalah Sydney (31), Melbourne (59), Perth (63) Canberraa (75) dan Adelaide (88).

Sebagai perbandingan posisi 104 sebagai kota termahal di dunia ditempati kota Yangon Myanmar, sedangkan di posisi 105 ditempati oleh kota Portland, USA.

Jakarta menempati peringkat 105 kota dengan biaya hidup termahal didunia dari 209 kota yang disurvey oleh Mercer. Photo: Britanica,com
Jakarta menempati peringkat 105 kota dengan biaya hidup termahal didunia dari 209 kota yang disurvey oleh Mercer. Photo: Britanica,com
Kota kota besar lain yang biaya hidupnya lebih rendah dari Jakarta adalah:
  • Pitsburg (110)
  • Claveland (112)
  • Kuwait (115)
  • St Petersburg (119)
  • Glasgow (131)
  • Doha (130)
  • Cairo (137)
  • Belfast (148)
  • Mexico City (152)
  • Ottawa (156)

Sumber: Mercer (2021)

Mengapa Ashgabat menjadi kota termahal?

Mungkin diantara pembaca ada yang tidak tau kota Ashgabat ada di negara mana sekaligus bertanya tanya mengapa kota ini menjadi kota termahal didunia ?

Ashgabat adalah ibukota Turkmenistan yang merupakan pecahan dari Uni Soviet. Mahal nya biaya hidup di kota ini disebabkan oleh inflasi lokal yang tinggi yang menyebabkan harga barang dan jasa terus merangkak cepat dari waktu ke waktu.  

Negara otokratis dengan cadangan gas yang besar  ini sudah lama bergulat dengan krisis ekonomi yang panjang dan membuat warganya terjurumus ke dalam kemiskinan.

Perekonomian Turkmenistan  memang sangat bergantung pada ekspor gas alam nya  ke Rusia. Harga gas alam yang rendah  menyebabkan perekonomian negara ini bergejolak.

Puncaknya di tahun 2014 ketika harga energi global mengalami penurunan yang sangat berarti, negara ini mengalami inflasi dan menyebabkan meroketnya harga pangan.

Kondisi perekonomian  negara ini diperburuk dengan adanya pandemi Corona dan secara  drastis memperburuk krisis pangan yang sudah ada.

Buruknya kondisi perekonomian yang menimpa negeri ini menyebabkan warga nya kekurangan makanan bersubsidi yang menyebabkan orang harus antri berjam jam untuk mendapatkan makanan bersubsidi.

Ironisnya dalam kondisi seperti ini pemerintah Turkmenistan memperluas kota Ashgabat dan bertekad menjadikannya sebagai salah satu kota termakmur di dunia.

Pengaruh COVID-19

Krisis COVID-19 memang telah mempercepat perubahan dalam tren dan praktik mobilitas global.

Perubahan yang cukup drastis ini  mendorong perusahaan  memikirkan kembali strategi mereka dalam mengelola tenaga mobilitas tenaga kerja di dunia pascapandemi.

Saat ini perusahaan berusaha mencari dan merubah strategi penugasan jangka panjang yang biasanya mereka lakukan dengan bentuk mobilitas alternatif lainnya yang lebih murah, seperti misalnya  penugasan jangka pendek, dan memperkerjakan orang asing secara internasional/lokal.

Disamping itu banyak perusahaan sudah menerapkan sistem penugasan virtual bagi karyawannya yang bekerja di luar negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun