Jika kita amati dengan seksama maka hoax yang sengaja disebarkan salah satu sumbernya adalah  tindakan yang dinamakan Cherry Picking.
Secara hafiah Cheery picking itu berarti memetik buah Cherry. Tentunya pemetik buah Cherry tersebut memilih buah tertentu sesuai dengan keinginannya, misalnya yang merah dan matang serta menarik atau bahkan bisa saja memilih yang setengah matang atau yang masih hijau dan pahit.
Apa itu Cherry Picking?
Cherry picking dikategorikan sebagai tindakan yang disengaja ataupun tidak disengaja untuk memilih data atau fakta yang diinginkan saja dan menyembunyikan atau mengabaikan sebagian besar fakta lain yang tidak sesuai dengan keinginan orang yang menyebarkan fakta dan informasi tersebut.
Istilah Cherry Picking memang dilakukan untuk memilih informasi atau data tertentu untuk mendukung pendapat tertentu yang biasanya kontroversial.
Cherry picking saat ini banyak sekali digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyebar berita kontroversial yang lebih mengarah pada hoax.
Sayangnya banyak orang yang terpana dengan tindakan cherry picking yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok sehingga menganggapnya sebagai kebenaran informasi yang disampaikan itu dianggap absolut.
Padahal jika dilihat dari data dan informasi secara keseluruhan, maka fakta yang sebenarnya terjadi jauh sekali dari informasi yang disebarkan melalui tindakan cherry picking ini.
Akutnya Cherry Picking
Tindakan cherry picking ini memang sudah meluas dihampir semua kalangan termasuk ilmuwan sekalipun.
Dalam mendukung posisi ataupun pendapat tertentu yang biasanya kontroversial tidak jarang ilmuwan juga melakukan tindakan cherry picking dengan sengaja mengabaikan fakta yang sebenarnya dan bertentangan dengan pendapatnya,
Di dalam dunia ilmiah cherry picking ini juga banyak terjadi dan banyak digunakan oleh ilmuwan tertentu sebagai bentuk penyangkalan sains, seperti misalnya penolakan terkait adanya fakta perubahan iklim, teori evolusi oleh kelompok kreasionis, penolakan fakta efek negatif dari rokok dan perokok pasif.
Contoh lain yang menarik terkait dengan cherry picking ini adalah ketika Presiden Trump masih menjabat dan mengklaim bahwa Amerika melakukannya langkah yang sangat-sangat baik dalam pertempuran melawan Covid-19 karena tingkat kematian akibat virus ini  tersebut menurun.
Hal Ini dilakukan dengan sengaja untuk mendukung agendanya untuk "membuka" kembali Amerika demi menyelamatkan perekonomiannya yang terpuruk di era pandemi. Pernyataan ini diluncurkan dengan mengabaikan fakta bahwa hampir setiap hari orang yang dites positif virus SARS-CoV-2 terus bertambah.
Jadi dalam hal ini bukannya perkataan yang dilontarkan Trump salah,  namun yang dilakukannya adalah cherry picking dengan sengaja tidak memberikan gambaran yang utuh terkait apa yang sebenarnya terjadi terkait Covid-19 ini.
Kita tentunya sering sekali menemukan informasi yang berserakan di dunia maya yang sengaja disebarkan oleh pihak pihak tertentu terkait dengan pernyataan tokoh ataupun orang tertentu yang dikutip sebagian secara sengaja untuk mendukung posisi dan pendapatnya sekaligus membesar besarkan kesalahan orang yang bertentangan dengan pendapat pribadi dan kelompoknya.
Dalam hal ini bagian pernyataan seutuhnya dari pendapat orang ataupun tokoh yang dikutipnya tersebut dipilih sesuai dengan yang diinginkan dengan mengabaikan fakta secara keseluruhan yang tentunya berbeda dengan potongan ucapan yang sengaja dipilihnya.
Jadi sebenarnya cherry picking jika ditinjau dari validitas datanya bisa saja benar namun digunakan untuk konteks yang tidak tepat.
Informasi yang disebarkan melalui cherry picking ini biasanya menyebar dengan cepat dan meluas karena umumnya orang yang menerima informasi tersebut tidak lagi melakukan pengecekan ulang akan kebenaran informasi yang diterimanya.
Hal yang lebih parah lagi informasi yang biasanya kontroversial ini disebarkan lagi kepada koleganya tanpa pikir panjang sehingga menyebar dengan luas kepada kelompok target yang diinginkan.
Dalam keseharian kita secara sadar atau tidak kita dibanjiri informasi yang tergolong cherry picking misalnya yang terkait dengan keamanan penggunaan peralatan yang terbuat dari plastik, bahan kosmetik, obat-obatan, pestisida, organisme hasil rekayasa genetika, ponsel, oven microwave, air minum, ilmu iklim, dan pemakaian masker, dll.
Kita dapat dengan mudah mendeteksi penyebaran informasi cherry picking ini di era pandemi misalnya  terkait informasi bahwa vaksin diciptakan untuk memperpendek umur manusia, didalam vaksin mengandung logam dan racun, vaksin tidak halal, dll.
Penghasil vaksin ternama dunia AstraZeneca juga dituduh oleh otoritas kesehatan Amerika telah melakukan cherry picking terkait data efektivitas vaksin Covid-19 yang diproduksinya karena data yang disampikan ke publik merupakan data lama yang sudah usang.
Pengaburan Logika
Cherry picking merupakan tindakan pengaburan logika karena seseorang hanya berfokus pada bukti yang mendukung pendiriannya, sementara  bukti yang bertentangan dengannya diabaikan.
Kita harus menyadari bahwa cherry picking ini karena sering digunakan di banyak domain dan pengaruhnya dapat sangat dasyat terhadap pikiran dan logika orang yang menerima informasi tersebut.
Contoh Cheery picking yang ditujukan untuk mengaburkan logika terjadi di beberapa pemilihan kepala daerah ataupun pilpres yang lalu.
Kita tentunya masih ingat ketika seseorang tokoh nasional menyatakan bahwa seseorang yang memenangkan pemilihan dengan persentasi pemilihnya 47% sebenarnya tidak mendapat legitimasi dari rakyat karena sisanya yaitu 53% tidak memilihnya.Â
Data yang disampaikan memang benar namun tindakan cherry picking yang dilakukannya dengan sengaja ini ditujukan untuk mengaburkan logika karena angka 53% tersebut diperoleh dari agregat pemilih 2 calon lainnya.
Biasanya orang-orang yang sengaja melakukan cherry picking ini bertujuan agar argumen mereka lebih persuasif dan membantu mereka mendukung pendirian dan pendapatnya.
Sebenarnya cherry picking juga dapat dilakukan secara tidak sengaja yang dipicu cara orang tersebut memproses informasi dan membuat keputusan dengan cara yang salah karena penyebab yang berbeda-beda dalam situasi yang berbeda pula.
Salah satu alasan utama mengapa orang terlibat dalam cherry picking yang tidak disengaja adalah bias konfirmasi, yang merupakan bias kognitif yang menyebabkan orang memproses informasi dengan cara yang salah karena pelaku merasa benar.
Apa yang Harus Dilakukan?
Dalam menanggapi informasi hasil cherry picking ini kita paling tidak ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu pertama menunjukkan bagian mana dari informasi tersebut yang salah. Dalam hal ini kita perlu menjelaskan bagian mana informasi yang diabaikan dan menjelaskan mengapa pengabaian informasi ini menjadi masalah.
Hal kedua yang dapat kita lakukan adalah memberikan penjelasan mengapa bagian informasi yang sengaja diabaikan tersebut jika disampaikan mengubah makna dari informasi yang sebenarnya.
Dalam era yang serba digital dan serba cepat ini kita memang harus menyaring informasi yang diterima karena jika kita telan mentah mentah informasi tersebut maka kita akan menjadi korban tindakan cherry picking.
Agar kita tidak termakan korban cherry picking ini kita harus memastikan bahwa kita mencari informasi yang relevan dari berbagai sumber dan selanjutnya menghindari bias dengan cara memperlambat proses penalaran dan menghindari hipotesis dan kesimpulan  yang terlalu dini.
Dengan cara ini pikiran kita menjadi lebih jernih dalam menerima informasi dan dapat dengan mudah membedakan informasi mana yang dipelintir dan informasi mana yang memang benar benar merupakan fakta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H