Penghasil vaksin ternama dunia AstraZeneca juga dituduh oleh otoritas kesehatan Amerika telah melakukan cherry picking terkait data efektivitas vaksin Covid-19 yang diproduksinya karena data yang disampikan ke publik merupakan data lama yang sudah usang.
Pengaburan Logika
Cherry picking merupakan tindakan pengaburan logika karena seseorang hanya berfokus pada bukti yang mendukung pendiriannya, sementara  bukti yang bertentangan dengannya diabaikan.
Kita harus menyadari bahwa cherry picking ini karena sering digunakan di banyak domain dan pengaruhnya dapat sangat dasyat terhadap pikiran dan logika orang yang menerima informasi tersebut.
Contoh Cheery picking yang ditujukan untuk mengaburkan logika terjadi di beberapa pemilihan kepala daerah ataupun pilpres yang lalu.
Kita tentunya masih ingat ketika seseorang tokoh nasional menyatakan bahwa seseorang yang memenangkan pemilihan dengan persentasi pemilihnya 47% sebenarnya tidak mendapat legitimasi dari rakyat karena sisanya yaitu 53% tidak memilihnya.Â
Data yang disampaikan memang benar namun tindakan cherry picking yang dilakukannya dengan sengaja ini ditujukan untuk mengaburkan logika karena angka 53% tersebut diperoleh dari agregat pemilih 2 calon lainnya.
Biasanya orang-orang yang sengaja melakukan cherry picking ini bertujuan agar argumen mereka lebih persuasif dan membantu mereka mendukung pendirian dan pendapatnya.
Sebenarnya cherry picking juga dapat dilakukan secara tidak sengaja yang dipicu cara orang tersebut memproses informasi dan membuat keputusan dengan cara yang salah karena penyebab yang berbeda-beda dalam situasi yang berbeda pula.
Salah satu alasan utama mengapa orang terlibat dalam cherry picking yang tidak disengaja adalah bias konfirmasi, yang merupakan bias kognitif yang menyebabkan orang memproses informasi dengan cara yang salah karena pelaku merasa benar.
Apa yang Harus Dilakukan?