Jadi di sinilah titik temunya, dimana pengguna WhatsApp diminta tanggung jawabnya untuk tidak menyebarkan misinformasi dan di lain pihak WhatsApp ikut bertanggungjawab dalam menghentikan penyebaran informasi ini.
WhatsApp memang mendapat tekanan dari berbagai pihak termasuk pemerintah untuk melakukan kompromi terkait eknkripsi ini dan meminta negara dan pihak keamanan dapat mengaksesnya.Â
Namun untuk hal yang satu ini tampaknya WhatsApp berpegang teguh pada prinsipnya yaitu tetap mempertahankan kebijakan enkripsi ujung ke ujung yang menjadi kerahasiaan pengguna atas pesan yang dikirimkannya.
Kebijakan ini sangat jelas diucapkan oleh bos WhatsApp yang menyatakan bahwa keamanan pesan pengguna  hanya dapat dijamin jika ditunjang oleh sistem keamanan yang kuat dan pihak pemerintah tidak seharusnya berusaha mendorong WhatsApp untuk melemahkan sistemnya.
Facebook  sebagai perusahaan induknya bahkan mengatakan bermaksud untuk meluncurkan enkripsi lebih luas di seluruh layanan lainnya.
WhatsApp sudah diblokir di Tiongkok daratan digunakan oleh pengguna untuk menyebarkan pesan pesan yang tidak sejalan dengan pemerintah. Pemerintah India juga sedang menggugat aturan enkripsi ujung ke ujung yang diterapkan WhatsApp karena seringkali digunakan sebagai media penyebaran berita bohong. Â
Perlu diketahui bahwa saat ini jumlah pengguna WhatsApp di dunia mencapai 2 milyar pengguna dan 400 juta diantaranya ada di India.
Ada dua pelajaran penting terkait terjadinya kisruh WhatsApp di bulan Januari lalu, yaitu pertama adanya evaluasi total dari WhatsApp terkait bagaimana cara menyampaikan suatu kebijakan baru secara lebih jelas sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dan salah tafsir yang menyebabkan kehebohan dan keresahan penggunanya.
Dari sisi pengguna sebaiknya membaca dan memahami betul kebijakan yang dikeluarkan oleh WhatsApp agar tidak mudah terpengaruh dan dengan mudah ikut ikutan menyebarkan misintrepretasi terkait perubahan syarat dan ketentuan WhatsApp ini.
Menghebohkan sesuatu yang tidak dimengerti tentunya merupakan tindakan yang kurang bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H