Buah kebencian membabi buta Nathaniel Veltman yang disaksikan dunia ketika 4 peti mati yang diselimuti bendera Kanada beriringan memasuki komplek the Islamic Centre di barat daya kota Ontario yang berakhir dengan doa ucapan duka dari komunitas muslim,
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyebut  peristiwa ini merupakan tindakan  teroris yang sangat mengerikan dan mengambarkan perbuatan  kebencian yang sangat mendasar.
Virus kebencian yang membabi buta dapat saja bersarang di tubuh orang tertentu. Kali ini kebencian yang terkait dengan islamophobia.
Islamophobia memang kini telah menjangkiti Kanada. Data Statistik yang dikeluarkan pemerintah Kanada pada bulan Maret menunjukkan kejadian kejahatan rasial yang dilaporkan polisi yang menargetkan Muslim mengalami kenaikkan menjadi 181 insiden pada 2019 yang angka kejadian tahun sebelumnya  166 kejadian.
Dalam beberapa bulan terakhir, wanita Muslim di provinsi Alberta telah menjadi sasaran pada beberapa insiden karena mengalami kekerasan verbal dan fisik.
Pada bulan September 2020 lalu, Mohamed-Aslim Zafis yang berusia 58 tahun ditikam di luar sebuah masjid di ujung barat Toronto tempat dia bekerja sebagai penjaga.
Meningkatnya kejadian yang terkait dengan islamophobia ini membuat banyak pihak mendorong  dan menyerukan agar  pihak berwenang  menanggapi ancaman kekerasan ini lebih serius dan melakukan penyelidikan terkait  motivasi yang mendasari kebencian tersebut. Â
Kebencian yang mendalam umumnya disebabkan karena sempitnya cara berpikir dan juga pendidikan yang membuka wawasan akan keragaman tidak memadai.
Kebencian ini biasanya semakin bergejolak membara ketika dibumbui oleh berita kejadian dan kebencian rasial yang menghujani dunia maya dan media masa.
Kebencian yang terkait dengan SARA biasanya tumbuh  dengan subur di lingkungan yang juga memiliki faham dan pandangan yang sama.
Mari kita merenung sejenak, bukankah manusia sengaja diciptakan oleh Allah SWT berbeda, berbangsa bangsa untuk saling mengenal untuk membentuk masyarakat yang lebih baik?