Medode ilmiah, pemikiran logis dan scientific  thinking dapat digunakan untuk menghindari fitnah masal.  Sebagai contoh pernah ada pedagang bakso yang karena sangat laris dagangannya difitnah menggunakan daging babi.  Dengan sangat mudah kebenaran ini dapat diunggap dengan menggunakan uji DNA apakah benar baso yang diproduksinya mengandung daging atau komponen lain  babi dengan tingkat akurasi yang  hampir absolut.
Kembali pada kasus babi ngepet di Depok, masyarakat kita memang terlalu gampang percaya terkait sesuatu yang gaib dan cenderung enggan menggunakan akal sehatnya.
Hal yang sudah bisa dipastikan kepercayaan akan adanya babi jadi jadian yang bisa mencuri uang tidak masuk kategori berpikir ilmiah dan mengingatkan kita akan era sebelum falsafah ilmu berkembang dimana pemikiran manusia lebih dikuasai oleh imajinasi, tahayul dan gosip.
Di era itu orang percaya tikus berasal dari lemari bukan berasal dari tikus karena  ada orang yang melihat tikus keluar dari lemari sehingga dinalarkan lemari sebagai benda mati dapat menghasilkan benda hidup.
Apa yang terlanjur dipercaya sebagai babi ngepet  ini sama sekali tidak didasari oleh pola  pemikiran ilmiah dan dasar metodologi ilmiah sehingga keabsahannya tidak dapat dibuktikan.
Cerita babi ngepet ini mengingatkan kita semua akan pentingnya untuk menggunakan dan mengolah logika agar  tidak dipermainkan oleh orang lain yang memanfaatkan keluguan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H