Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

10 Tahun Menutup Mata Hati

16 Maret 2021   05:00 Diperbarui: 16 Maret 2021   07:42 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan ini 10 tahun lalu

Syria menabuh Genderang perang 

Api kebencian disulut

Nafsu berkuasa dikobarkan

Darah ditumpahkan

@@@@

Kini.....

Ketika nilai kemanusian terinjak injak

Tidak ada yang perduli

Melengos menangguk madu penderitaan

Porak poranda didera peluru kebencian

Uang tidak ada lagi harganya

Jadi selembar kertas penghapus luka

Menderita

Kelaparan

Terperosok ke dalam jurang kemiskinan

Tidak lagi memiliki kampung halaman

Mengemis kehidupan dari negara tetangga

Siapa perduli....

@@@@

Penguasa  yang digulingkan tetap tertawa

Perang sipil merajalela

Saling bunuh

Lupa dulu mereka bersaudara

Negara serumpun berpesta pora

Menikmati racun keserakahan

Membunuh warga dan menjual senjata

Polisi dunia  menikmati opera  tragedi kemanusiaan

@@@@

Mengais makanan di sela kerikil  berdebu 

Sekedar mencari ganjal kelaparan

Siapa perduli.......

Anak anak kurus kering

Tulang dibalut  kulit

Sekolah sirna

Tidak ada lagi masa depan

Siapa perduli.....

Tersingkirkan

Tidak ada lagi artinya bagi nilai kemanusiaan

Arang derita kian membara

@@@@

Negeri serumpun berpesta ria

Menikmati madu penderitaan

Tertawa terbahak bahak

Menikmati jamuan borjuis  yang hanya jadi mimpi rakyat Syria

Jangan tanya keadilan

Keadilan itu barang mewah

Ini kemanusiaan era milenial

Tragedi kemanusiaan menjelma menjadi kepuasan

Tidak ada yang perduli

Hanya ada seikat nyawa

Tiada ada lagi raga

@@@@

Hati nurani terlanjur  membiru dan membeku

Membungkus aliran darah yang sudah hitam

Membiarkan seonggok nyawa tidak berarti

Membutakan mata

Menutup mata hati

Siapa perduli.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun