Di tengah tengah upaya untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 dan membentuk kekebalan masyarakat, dunia kini tengah dikejutkan dengan terbongkarnya jaringan pemalsuan vaksin.
Ribuan dosis vaksin palsu disita pihak kepolisian di Cina dan di Afrika Selatan.  Pihak kepolisian  Cina juga berhasil menangkap 70 orang pelaku pemalsuan vaksin, sedangkan di Afrika Selatan berhasil ditangkap pelaku berkewarganegaraan Cina dan Zambia.
Di tengah  tengah meningkatnya kebutuhan vaksin dan juga suplai vaksin yang masih sangat terbatas membuka peluang bagi orang orang yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan pemalsuan vaksin.
Tindakan ini tidak dapat dipandang sebagai tindakan kriminal biasa, namun perlu diwaspadai dunia termasuk Indonesia karena jika terjadi dalam jumlah yang masif akan menimbulkan masalah besar terkait imunitas publik.
Bisa kita bayangkan orang yang disuntik vaksin palsu tidak menyadari bahwa dirinya sangat rentan tertular covid-19 sementara yang bersangkutan sudah terlanjur melonggarkan pembatasan pergerakannya karena menganggap sudah divaksin.
Fenomena Gunung Es
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah apakah memang hanya terjadi di Cina dan Afrika Selatan saja  pemalsuan ini terjadi? Apakah hanya dilakukan oleh segelintir orang saja?
Dalam berbagai kasus pemalsuan suatu produk biasanya ketika ada yang tertangkap maka seringkali kejadian pemalsuan sudah masif seperti fenomena gunung es.
Penemuan kasus produksi vaksin palsu di Afrika Selatan sudah mulai terungkap di bulan Desember tahun 2020 lalu.
Dari hasil penyelidikan the International Criminal Police Organization yang berbasis di Lyon Perancis  disinyalir bahwa kemungkinan besar ada jaringan lain yang sudah memproduksi dan mengedarkan vaksin palsu.
Pihak interpol menyatakan bahwa penemuan kasus pembuatan vaksin palsu di Afrika Selatan dan Cina ini merupakan fenomena gunung es dimana jaringan lain yang belum terbongkar akan jauh lebih besar lagi.
Dalam mengantisipasi meluasnya produksi dan penyebaran vaksin palsu ini pihak interpol pada bulan Desember lalu telah memperingatkan dan menyebar informasi pemalsuan vaksin ini ke 194 negara anggotanya.
Pihak interpol tidak saja memberikan peringatan namun juga memberikan cara untuk melacak vaksin palsu ini.
Tidak tanggung tangung jaringan ini sebelum memproduksi vaksin palsu mempelajari dengan cermat kemasan vaksin Covid-19 yang asli, sehingga dapat meniru dengan sangar mirip produksi vaksin palsu yang dibuatnya.
Jaringan ini menurut pihak kepolisian Cina telah bernasil membuat 58 ribu dosis vaksin palsu dan melibat 70 orang untuk memperoduksinya.
Dengan melakukan pemalsuan ini jaringan ini berhasil meraup uang sebesar US$2,8 juta dengan hanya bermodalkan solusi  campuran garam dengan air mineral saja yang modal pembuatannya sangat murah.
Bulan lalu pihak kepolisan Meksiko juga berhasiil menangkap 6 pelaku yang mengedarkan vaksin palsu di wilayah perbatasan. Â Para pelaku ini menawarkan satu dosis vaksin palsu seharga US$ 2.000.
Dunia kini sedang fokus bagaiman secepatnya dapat memvaksin masyarakatnya secepat mungkin mengingat saat ini bedasarkan data yang dikeluarkan oleh   Johns Hopkins University pandemic menunjukkan bahwa Covis-19 telah memakan korban 2,5 juta jiwa dan menginfeksi  sebanyak 115 juta orang.
Sejak dimulainya program vasinasi dunia tercatat 10 negara  yang paling tinggi tingkat  pemberian vaksin per 100 orang penduduknya (sumber : Our World of Data dan BBC)
Kesepuluh negara yang tersebut adalah :
- Israel (92,5)
- Uni Arab Emirate (60,8)
- Inggris (31,3)
- Amerika (22,0)
- Turki (10,1)
- Jerman (7,2)
- Perancis (6,9)
- Brazil  (3,9)
- Cina (2,8)
- India (1,0)
Catatan: Angka dalam kurung belum tentu menunjukkan jumlah orang yang divaksin, karena ada yang sudah dapat 1 kali dan ada yang sudah 2 kali vaksin
Data di atas menunjukkan betapa besarnya kebutuhan vaksin dunia dan jika kebutuhan yang sangat besar ini disusupi oleh vaksin palsu maka bukan tidak mungkin upaya dunia untuk memutus rantai pandemic Covid-19 ini akan terhambat.
Indonesia Perlu Waspada
Dalam mengantisipasi pemalsuan dan penyebaran vaksin Covid-19 di Indonesia  diperlukan kerja sama antara pihak berwenang dan juga masyarakat.
Masyarakat perlu diedukasi bahwa sampai saat ini hanya pihak pemerintah saja yang mengedarkan dan melakukan vaksin di Indonesia. Â Mengingat keterbatasan suplai vaksin ini masyarakat tentunya diminta bersabar untuk mendapatkan giliran divaksin.
Saat ini di seluruh dunia tidak ada satupun jenis  vaksin yang sudah disetujui WHO untuk digunakan dengan aman dijual secara online atau dijual bebas, oleh sebab itu jika ada penawaran vaksin Covid-19 secara online atupun lihak perorangan sudah dipastikan vaksin palsu.
Pihak berwenang tentunya harus bekerja sangat keras untuk melacak vaksin palsu ini baik yang datang dari luar maupun yang kemungkinan diproduksi di dalam negeri oleh orang orang yang bertanggung jawab.
Asumsi bahwa Indonesia aman dari pemalsuan vaksin Covid-19 ini tidak dapat dibenarkan karena pemalsuan vaksin ini telah melibatkan jaringan internasional.
Semoga kita selalu tetap waspada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H