Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Tjip dan Bu Ros yang Saya Kenal

3 Januari 2021   13:02 Diperbarui: 3 Januari 2021   14:05 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sisi ilmiah menurut pakar psikologi dan ahli otak dan syaraf menulis itu merupakan salah satu cara untuk melatih otak mencegah kepikunan.  Oleh sebab itu jika memungkinkan memang dianjurkan untuk menulis agar otak dapat dilatih.  Demikian juga melakukan olaraga otak seperti mengisi teka teki silang, catur dll nya.

Tidak seperti pasangan umumnya yang banyak memilih untuk menurunkan aktivitasnya saat memasuki usia senja, Pak Tjip dan Bu Ros memilih cara hidup yang lebih aktif di masa tuanya.

Dari rekam jejak tulisan beliau berdua tergambar dengan jelas aktivitas sosial, olah raga, gembira bersama keluarga  serta menulis.  Tampaknya rutinitas ini sudah menjadi aktivitas keseharian Pak Tjip dan Bu Ros, oleh sebab itu tidak heran jika dalam usia yang cukup lanjut tersebut beliau berdua sehat dan ceria selalu.

Tulisan beliau berdua juga mencerminkan rasa syukur yang tinggi atas segala sesuatu yang telah diterimanya , sehingga usia perkawinan beliau sudah mencapai  angka yang mencengangkan yang tentunya mencerminkan kesetiaan yang luar biasa sebagai pasangan hidup.

Dalam mengarungi bahtera kehidupan tentunya  Pak Tjip dan Bu Ros pernah mengalami badai, namun tampaknya komitmen dan tekat kuat membuat pasangan ini  dapat melewati badai tersebut dengan baik seperti lirik lagu Chrisye  "Badai Pasti Berlalu"

Saya memang tidak pernah bertemu secara fisik dengan beliau berdua, namun dari komunikasi di dunia maya di Kompasiana melalui  komentar pembaca tulisan,  saya dapat merasakan sosok orangtua pengayom.  Rasanya saya tidak pernah menemukan komentar beliau di berbagai tulisan kompasianer yang  menyebabkan orang lain merasa tidak senang dan tersinggung.

Walaupun tidak pernah bertemu Pak Tjip di kolom komentar pembaca beberapa kali mengundang saya untuk berkunjung ke rumah beliau, sayangnya sampai saat saya ini saya belum memiliki kesempatan untuk memenuhi undangan beliau, walaupun sebenarnya dalam satu kesempatan saya pernah berkunjung ke kota dimana beliau bermukim.

Saya masih ingat ketika Pak Tjip menuliskan cerita perjalanan beliau ke  berbagai tempat di berbagai negara, ada pembaca yang mengusulkan agar Pak Tjip dapat mengurangi cerita terkait topik tersebut karena menurutnya banyak orang yang tidak seberuntung Pak Tjip.

Pak Tjip tidak marah dengan komentar tersebut dan tanpa argumen  beliau menerima saran tersebut dan mulai mengurangi tulisannya yang berisi cerita perjalananya ke berbagai negara tersebut.

Ketika menulis maupun ketika berkunjung ke lapak sesama kompasiner, tulisan dan komentar beliau berdua selalu menyejukkan dan mengapresiasi setiap tulisan yang  beliau berdua baca.

Jumlah tulisan yang beliau hasilkan berdua mencerminkan tekad kuat dan pengaturan waktu yang luar biasa, sehingga di sela sela aktivitas beliau masih dapat membagi pengalaman hidupnya melalui tulisan tulisan yang bernas  dan bermanfaat sekaligus menghibur pembaca yang lagi gundah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun