Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengapa Indonesia Sebaiknya Menggunakan Lebih dari Satu Jenis Vaksin?

19 Desember 2020   12:31 Diperbarui: 22 Desember 2020   08:59 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi vaksin. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Saat ini berbagai negara di dunia sudah mulai melakukan langkah vaksinasi  massal fase pertamanya, setelah beberapa vaksin dinilai cukup aman hasil uji klinisnya. Dalam keadaan darurat seperti ini memang belum ada  vaksin yang telah tuntas diuji secara klinis.  

Dari 19 kandidat vaksin yang ada di daftar WHO, ada dua vaksin yang secara resmi sudah disetujui penggunaannya secara massal di Amerika walaupun masih dengan kehati hatian setelah mendapat persetujan dari Food and Drug Administration (FDA).

Setiap  Vaksin Memiliki Karakteristik Tersendiri

Sebagai contoh, Amerika dalam dua  minggu ini telah meloloskan dua kaksin yang akan digunakan dengan keperluan yang berbeda. 

Vaksin pertama yang disejutuji adalah  vaksin Pfizer-BioNTech  yang diproduksi atas kerjasama antara Jerman dan Amerika yang telah disetujui minggu lalu dan Vaksin Moderna yang dibuat perusahaan berbasis di Massachusetts disetujui hari jumat lalu.

Dengan disetujuinya penggunaan vaksin Moderna ini maka Amerika tercatat sebagai negara pertama yang memberi lampu hijau penggunaan vaksin ini.

Kedua vaksin ini memang telah memiliki data uji klinis yang menunjukkan bahwa vaksin ini dampak negatifnya minor.  

Kedua vaksin yang menggunakan teknologi yang hampir sama yaitu messanger RNA ini memiliki tingkat efektivitas perlindungan 94-95% dan keduanya memerlukan  menggunakan 2 dosis (catatan: vaksin Moderna memerlukan jeda waktu 28 hari antara vaksinasi pertama dan yang kedua).

Penggunaan teknologi messenger RNA ini pada prinsipnya  menggunakan synthetic Ribonucleic acid (RNA) messengers yang memicu memimik terbentuknya "spike" protein yang ada di permukaan virus. Dengan mekanisme ini akan menekan respon imun tubuh yang akan menghambat virus menempel pada sel.

Sampai  saat ini walaupun sudah diloloskan olef FDA antibodi yang dipicu oleh vaksin ini masih belum diketahui akan bertahan berapa lama dalam memberikan perlindungan.  Data awal menunjukkan bahwa orang yang menerima vaksin ini masih memerlukan antibodi 3 bulan setelah vaksinasi untuk melawan virus korona ini.

Kedua vaksin ini memerlukan fasilitas penyimpanan yang berbeda. Vaksin Moderna dapat disimpan selama 6 bulan pada suhu -20 oC dan dapat bertahan selama 30 hari pada refrigerator medis biasa.  

Ilustrasi: www.flipboard.com
Ilustrasi: www.flipboard.com
Sementara vaksin Pfizer-BioNTech harus disimpan pada suhu -70 oC jika ingin dipertahankan selama 6 bulan dan hanya dapat bertahan selama 30 hari saja jika disimpan pada refrigerator standar.

Perbedaan suhu penyimpanan ini tentunya memungkinkan vaksin Moderna lebih cocok untuk disebarkan dan digunakan di wilayah pedesaan yang fasilitas penyimpanannya masih memungkinkan.

Sementara itu vaksin buatan Cina berdasarkan berbagai sumber yang didapat dikembangkan lebih cepat dengan menggunakan teknologi tradisional pembuatan vaksin yaitu menggunakan virus yang sudah di non aktifkan lagi. Sampai saat ini karena belum diunggapkannya data uji klinis oleh produsen vaksin, maka masih belum diketahui secara pasti tingkat perlindungannya.

Dengan meenggunakan teknologi ini memang vaksin produksi perusahan Tiongkok ini tidak memerlukan fasilitas penyimpanan khusus seperti kedua vaksin yang telah diuraikan di atas.  Vaksin buatan Tiongkok ada yang dapat disimpan di fasilitas pendingin biasa sehingga pendistribuasiannya akan sangat memudahkan.

Dari rekam jejaknya perusahaan  Sinovac Life Sciences merupakan perusahaan swasta yang selama ini telah mengembangkan dan mengkomersialisasikan sebanayak 6 vaksin untuk manusia dan 1 vaksin untuk hewan. Sebagaimana yang kita ketahui Vaksin produksi perusahaan ini yang dinamai CoronaVac telah dikirim ke Indonesia.

Dengan menggunakan perlakukan kimiawi perusahaan ini melakukan inaktivasi virus Covid-19.  Perlakukan kimiawi ini membuat virus tidak dapat menggandakan diri namun strukturnya tetap dapat dikenali sehingga dikenali oleh antibodi dan memicu kekebalan tubuh.

Saat ini vaksin CoronaVac sedang memasuki uji klinis tahap 3 setelah menunjukkan respon imun yang memadai. Uji klinis fase tiga vaksin ini sedang dilakukan di Indonesia, Brazil dan Turki untuk mengetahui efektivitas perlindungan dan keamanannya.

Perusahaan vaksin Tiongkok lainnya yang ada dibawah negara Sinopharm juga mengembangkan vaksin Covid-19 dengan cara yang sama yaitu melakukan inaktifasi virus.  Dua diantara vaksin produksi perusahaan ini  juga telah memasuki uji klinis tahap 3.

Tidak Satu Jenis Vaksin

Dalam keadaan darurat seperti ini memang belum ada satupun kandiadat vaksin dari 19 kandidat yang didaftar WHO yang menunjukkan hasil uji klinis yang lengkap. Oleh sebab itu berbagai pertimbangan harus dilakukan dalam memilih vaksin mana yang akan dipakai secara massal.

Penggunaan lebih dari satu jenis vaksin di Indonesia memang sangat disarankan karena disamping menghindari monopoli pasokan vaksin, maka efektivitas vaksin nya dapat dibandingkan jika menggunakan lebih dari satu jenis vaksin.

Disamping itu jika ada hal hal yang tidak diinginkan muncul setelah vaksinasi dilakukan maka program vaksinasi tidak terhenti karena masih ada vaksin lain yang digunakan.

Keputusan US Food and Drug Administration (FDA) untuk meloloskan dua vaksin yaitu Moderna dan Pfizer-BioNTech  walaupun belum tuntas uji klinisnya utamanya didasarkan pada efektivitas vaksin dalam memicu antibodi, keefektifannya dalam melawan virus covid-19 dan keamanannya bagi pengguna.

Memang sudah seharusnya keputusan pemilihan jenis dan jumlah vaksin apa yang akan digunakan di Indonesia utamanya harus berdasarkan ketiga faktor tersebut.

Faktor spesifikasi penyimpanan vaksin memang sangat perlu diperhatikan karena akan menyangkut pendisbusian vaksin, namun faktor utama yang harus ditekankan adalah seberapa aman vaksin tersebut dan seberapa besar perlindungan yang akan diberikannya.

Disamping itu prosedur penggunaan vaksin apakah perlu satu dosis atau dua dosis yang diberikan dalam kurun waktu tertentu juga harus menjadi pertimbangan karena menyangkut kerumitan distribusi vaksin dan pelaksanaan vaksinasi.

Di Indoneisa disamping semua pertimbangan di atas faktor terpenting adalah  kehalalan vaksin yang akan membuat masyarakat menerima dan berperan serta   dalam vaksinasi massal ini.

Dalam pemilihan jenis dan jumlah  vaksin yang akan digunakan di Indonesia sebaiknya memperhatikan nasehat pepatah lama berikut:

"don't put all your eggs in one basket"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun