Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kekhawatiran Baru, Covid-19 Memicu Penyakit Parkinson

25 September 2020   16:19 Diperbarui: 25 September 2020   16:49 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Parkinson Canada | www.parkinson.ca

Pandemi korona yang sedang melanda dunia masih belum dapat diatasi, namun baru baru ini para pakar kesehatan mendeteksi awal bahwa ada kemungkinan dalam jangka panjang Covid-19 ini memicu penyakit Parkinson atau kepikunan.

Dugaan ini didasarkan bahwa gejala Covid-19 menjunjukkan dampak terhadap sistem syaraf, sehingga disebut sebagai "Silent wave" dalam jangka panjang akan memicu kepikunan sebagaimana yang pernah terjadi ketika Flu Spanyol melanda dunia.

Hal yang menguatkan dugaan ini adalah dampak Covid-19 terhadap syarat berupa kehilangan penciuman dan rasa yang memicu dugaan virus ini dapat saja mempengaruhi kinerja otak penderita.

Menurut pakar syaraf dari the Florey Institute of Neuroscience and Mental Health, Covid-19 dapat memicu inflamasi dan jika inflamasi ini sampai di otak, maka dapat saja menimbulkan gejala yang mirip dengan Parkinson.

Penyakit Parkinson merupakan penyakit yang sangat komplek dan sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun menurut pakar syaraf ini inflamasi otak yang disebabkan oleh virus dalam jangka panjang dapat saja berakibat kerusakan otak dan memicu penyakit Parkinson.

Penderita penyakit Parkinson atau yang lebih dikenal masyarakat luas sebagai penyakit pikun memang menunjukkan gejala kehilangan penciuman jauh hari sebelum penyakit ini muncul. Data empiris menunjukkan bahwa pada penderita penyakit Parkinson gejala kehilangan penciuman ini muncul sekitar 10 tahun sebelumnya.

Jadi dengan melakukan tes kemampuan penciuman dan fungsi otak lainnya maka akan dapat diketahui apakah seseorang akan menderita penyakit Parkinson di kemudian hari.

Oleh sebab itu mendeteksi penyakit Parkinson sedini mungkin menurur pakar syaraf  akan sangat berguna untuk  mengurangi laju atau bahkan menghentikan laju kematian sel sel otak.

Penyakit Parkinson ini memang sudah menjadi kekhawatiran tersendiri bagi badan kesehatan dunia karena data empiris menunjukkan bahwa saai ini ada sekitar 6 juta penduduk dunia mederita penyakit ini dan diperkirakan jumlahnya akan menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.

Salah satu publikasi di Jurnal the Lancet Neurology yang diterbitkan bukan September 2020, disebutkan bahwa gejala yang ditimbulkan oleh Covid-19 seperti gangguan pernafasan  merembet ke otak. Virus SARS-CoV-2 dapat masuk ke dalam sel melalui reseptor ACE2 yang menyebabkan virus ini dapat memeicu degenerasi syaraf.

Di samping itu Virus SARS-CoV-2 dapat menyusup ke sistem syaraf pusat melalui syaraf penciuman atau yang dikenal sebagai syaraf vagus. Infeksi melalui cara ini akan menimbulkan agregasi cytotoxic protein termasuk -synuclein.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa akumilasi -synuclein akibat infeksi SARS-CoV-2 akan meningkatkan penggandaan -synuclein dan menyebabkan meluasnya degenerasi syaraf.

Saat ini sekitar 30 juta penduduk dunia terjangkit Covid-19, jika dugaan para pakar syarat ini menjadi kenyataan maka dalam jangka panjang Covid-19 ini akan menimbulkan dampak jangka yang lebih mengkhawatirkan.

Hasil penelitan yang terbaru ini menunjukkan adanya indikasi awal bahwa Covid-19 dalam jangka panjang dapat saja berdampak lebih buruk berupa degerasi syarat yang mengarah pada penyakt Parkinson.

Di samping upaya untuk menghentikan laju pandemi ini, upaya mengantisipasi dampak negatif jangka panjang  virus ini berupa kemungkinan terjadinya degenerasi syarat perlu diperhatikan bagi penderita yang telah sembuh dari Covid-19 ini.

Oleh sebab itu tidak heran jika meningkatnya penyakit Parkinson di masa mendatang dianggap sebagai fase gelombang ketiga Covid-19  seperti yang ditulis para peneliti di Jurnal Parkinson Disease pada bulan Agustus 2020 lalu yang berjudul "Parkinsonism as a Third Wave of the COVID-19 Pandemic?"

Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun