Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Popularitas TikTok yang Membius Dunia

23 Agustus 2020   13:54 Diperbarui: 23 Agustus 2020   14:14 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Liu Rui/GT

TikTok tidak lahir seperti cerita Cinderella atau cerita klasik lainnya yang lahir dari Disney Land. TikTok tidak pula lahir dari ide yang muncul di garasi yang kemudian  berkembang menjadi raksasa dunia.

Kepopuleran TikTok memang fenomenal karena menurut catatan pada tahun lalu aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 1 milyar kali di seluruh dunia dengan jumlah pengguna aktif mencapai 500 juta orang. 

Tahun ini TikTok lebih berjaya lagi mencatat rekor jumlah unduh mencapai 2 milyar dengan jumlah pengguna aktif mencapai 800 juta orang.

Banyak orang yang bertanya tanya mengapa TikTok bisa berjaya di dunia? Jawabnya sederhana saja, TikTok masuk di hati penggunanya, kreatif, menyenangkan serta  mudah digunakan.

Keragaman topik video dari urusan joget sampai dengan urusan politik  mencerminkan  popularitas TikTok karena  hampir semua kalangan dapat dengan mudah dan nyaman mengekspresikan dirinya dengan menggunakan aplikasi ini.

Sebagai contoh salah satu video yang diposting di akhir tahun 2018 lalu menggambarkan permen Jelly berbentuk beruang berdiri di panggung yang kosong sendirian, namun kesunyian beruang ini dipecahkan oleh suara penyanyi terkenal Adele dengan lagu Someone Like You. Serta merta setelah kemunculan suara Adele, bermunculannya permen jelly beruang lainnya bergabung dan menyanyikan bersama lagu Adele ini.

Konsep video di TikTok ini sangat sederhanya namun menggelitik hati pemirsanya sehingga nyaman melihatnya dan menyenangkan. Video di TikTok yang hanya berdurasi beberapa puluh detik ini  ini dampaknya jauh lebih besar dibanding  dengan iklan yang berbiaya jutaan dolar.

Dalam waktu singkat video ini ditonton jutaan orang dan menjadi model jejaring sosial lainnya untuk ditiru dan dikembangklan sehingga menjadi trendsetter tersendiri.

Kepopuleran Tiktok ni memang sudah tidak terbendung lagi karena sudah mendunia.  Jika di tinjau dari jumlah pengunduh aplikasi ini maka ada 10 negara yang pengunduhnya terbanyak di dunia yaitu India, Cina, USA, Indonesia, Brazil, Vietnam, Rusia, Turki, Meksiko dan Thailand.

Sebagai gambaran saja jumlah orang yang mengunduh aplikasi TikTok di India mencapai  lebih dari 650 juta, sedangkan di Indonesia jumlah orang yang mengunduh aplikasi ini hampir mencapai 150 juta orang.

Seperti yang disinggung di atas, TikTok  tidaklah lahir begitu saja namun berproses dan bermetamorfose paling tidak melalui tiga fase.

Kelahiran TikTok dimulai di tahun 2014 lalu ketika aplikasi Musical.ly lahir yang target pemakainya adalah kalangan bisnis dan kalangan yang perduli kesehatan.

Di tahun 2016 raksasa teknologi ByteDance meluncurkan aplikasi yang hampir sama dengan nama Douyin. Aplikasi ini cukup popular karena jumlah penggunanya di Cina dan di Thailand mencapai 100 juta orang.

Kesuksesan Douyin membuat ByteDance mulai berpikir untuk memperluas pengaruhnya dengan nama yang berbeda dan dampak yang lebih besar yaitu TikTok.

Pada  tahun 2018 lalu  ByteDance membeli Musical.ly dan meramunya dalam formulasi baru yang menandakan awal ekspansi TikTok ke seluruh dunia.

Rahasia dapur TikTok terletak pada alogaritme yang luar biasa dikombinasikan dengan penggunaan musik. Dengan teknologi ini TikTok dapat mempelajari apa yang disukai oleh penggunanya dengan kecepatan yang mengagumkan melebih aplikasi pesaingnya. TikTok juga memiliki basis data lagu yang sangat besar, mampu melakukan seleksi, mengolah klip movie, bahan mampu memimik lip-sync.

Kemunculan dan ekspansi TikTok yang sangat fenomenal memang tidaklah menyenangkan semua pihak terutama politisi.

TikTok kini dituduh sebagai aplikasi yang membahayakan keamanan negara karena dapat merambah data privasi pengguna dan digunakan oleh pemerintah Cina.

Dengan alasan inilah misalnya Presiden Trump mengeluarkan executive order yang berisikan larangan penggunaan aplikasi TikTok di Amerika mulai pertengahan September mendatang.

Namun argumentasi Trump ini dinilai sangat lemah dan lebih cenderung sebagai bagian dari perang dagang Cina-Amerika yang semakin memanas dan juga ketegangan politik kedua negara setelah merebaknya pandemi Korona. Apalagi dalam argumentasinya Trump menyatakan akan membolehkan TikTok jika perusahaan Amerika yang membelinya.

Data pengguna yang dikumpulkan oleh TikTok juga dilakukan oleh aplikasi dan platform Amerika lainnya seperti Facebook, Twitter, Rediit, Linkedin dll nya.

Data yang dikumpulkan oleh TikTok seperti misalnya jenis video yang ditonton, lokasi data, model smartphone dan sistem operasinya serta ritme ketika penggunakan mengetik  memang dikhawatirkan oleh beberapa negara sebagai bentuk spionase pemerintah Cina.

Keinginan beberapa negara untuk melarang TikTok dan teknologi Cina lainnya memang saat ini sedang menggelora, namun tuduhan Trump maupun negara lain seperti misalnya Inggris dan India sampai saat ini belum dapat dibuktikan.

Bahkan sebagai respon dari tindakan  Trump ini TikTok mengambil langkah hukum untuk membawa ke pengadilan keputusan Trum untuk melarang penggunaan TikTok di Amerika. 

Tidak hanya sampai di situ saja, kelompok Chinese-Americans juga membawa kasus rencana pelarangan aplikasi WeChat  yang dimiliki perusahaan Cina Tencent di Amerika

Jika ditinjau lebih dalam lagi salah satu pemicu pelarangan TikTok dan WeChat ini lebih condong pada perang inovasi dan teknologi, dimana harus diakui Amerika yang dulu mendominasi dunia kini sudah mulai tertinggal.

Sebagai contoh teknologi 5G siap pakai yang merupakan perkembangan teknologi yang tidak dapat dihindari lagi ternyata didahului oleh perusahaan Cina juga. Alasan bahwa teknologi 5G yang dikembangkan oleh Cina merupakan bagian dari upaya memata matai dunia sampai saat inipun belum dapat dibuktikan.

Kemunculan dan kepopuleran TikTok memang sudah tidak terbendung lagi karena yang mempersoalkan keamanan penggunaan data adalah sebagian besar adalah  politisi  bukanlah pengguna.  Disamping itu keberadaan TikTok  lebih merupakan simbul kebangkitan kembali teknologi Asia yang dulunya pernah dipelopori  oleh kemajuan teknologi Jepang.

Ketika sebuah inovasi teknologi sudah melekat di hati pengguna dan membuat hati pengguna yang sedang gundah menjadi lebih bahagia maka hanya perubahan sikap pengguna saja yang akan dapat menghentikan popularitas aplikasi tersebut.

Kreativitas memang sudah telah dibuktikan memegang kunci bagi perjalanan sukses  hidup seseorang. Jadi tidak heran jika Zang Yiming sang pendiri ByteDance kini menjadi orang terkayaperingkat 10  dunia menurut  versi Forbes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun