Keinginan beberapa negara untuk melarang TikTok dan teknologi Cina lainnya memang saat ini sedang menggelora, namun tuduhan Trump maupun negara lain seperti misalnya Inggris dan India sampai saat ini belum dapat dibuktikan.
Bahkan sebagai respon dari tindakan  Trump ini TikTok mengambil langkah hukum untuk membawa ke pengadilan keputusan Trum untuk melarang penggunaan TikTok di Amerika.Â
Tidak hanya sampai di situ saja, kelompok Chinese-Americans juga membawa kasus rencana pelarangan aplikasi WeChat yang dimiliki perusahaan Cina Tencent di Amerika
Jika ditinjau lebih dalam lagi salah satu pemicu pelarangan TikTok dan WeChat ini lebih condong pada perang inovasi dan teknologi, dimana harus diakui Amerika yang dulu mendominasi dunia kini sudah mulai tertinggal.
Sebagai contoh teknologi 5G siap pakai yang merupakan perkembangan teknologi yang tidak dapat dihindari lagi ternyata didahului oleh perusahaan Cina juga. Alasan bahwa teknologi 5G yang dikembangkan oleh Cina merupakan bagian dari upaya memata matai dunia sampai saat inipun belum dapat dibuktikan.
Kemunculan dan kepopuleran TikTok memang sudah tidak terbendung lagi karena yang mempersoalkan keamanan penggunaan data adalah sebagian besar adalah  politisi  bukanlah pengguna.  Disamping itu keberadaan TikTok lebih merupakan simbul kebangkitan kembali teknologi Asia yang dulunya pernah dipelopori  oleh kemajuan teknologi Jepang.
Ketika sebuah inovasi teknologi sudah melekat di hati pengguna dan membuat hati pengguna yang sedang gundah menjadi lebih bahagia maka hanya perubahan sikap pengguna saja yang akan dapat menghentikan popularitas aplikasi tersebut.
Kreativitas memang sudah telah dibuktikan memegang kunci bagi perjalanan sukses  hidup seseorang. Jadi tidak heran jika Zang Yiming sang pendiri ByteDance kini menjadi orang terkayaperingkat 10  dunia menurut  versi Forbes.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H