Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Covid-19 the Hidden Enemy

29 Maret 2020   17:44 Diperbarui: 29 Maret 2020   17:58 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia memang tersentak ketika menyaksikan kecepatan penyebaran voius Covid-19 yang sangat agresif dan mematikan ini, bahkan negara adi daya yang dikenal dengan memiliki berbagai sumberdaya dan fasilitas kesehatan mulai kewalahan, sebut saja, spanyol, Inggris, Italia dan bahkan Amerika Serikat.

Dunia memang sedang menghadapi apa yang dinakaman hidden enemy yang betul betul invisible tidak terlihat dan tiba tiba muncul ke permukaan.  Hal ini tentunya terkait dengan masa inkubasi virus yang cukup lama sehingga jika seseorang yang terpapar virus dan belum menunjukkan gejala akan demikian cepat menyebar ke tengah masyarakat tanpa disadari.

Data empiris memang menunjukkan  hal yang demikian karena setiap harinya pihak berwenang dalam siaran press nya menunjukkan angka penularan dan korban jiwa yang meningkat pesat di Indonesia.

Jika ditelusuri lebih lanjjut ada beberapa   jalur penularan yang sebelum penyebaran virus ini sama sekali tidak kita sadari.  Jalur tersebut antara lain adalah:

1. Jalur tamu luar negeri.  

Jalur ini memang tidak kita prediksi sebelumnya karena tentunya tamu kehormatan dari luar negeri diasumsikan sehat ketika berkunjung dan bebas korona.  Pada kenyataannya jalur inilah yang menjadi salah satu pintu masuk ke Indonesia.

Sehingga jika dilihat ada orang yang terpapar, ada kaitannya dengan kunjungan tamu tertentu dari luar negeri yang pada akhirnya menyebar dikalangan pejabat dan orang yang menerima kunjungan tamu tersebut di berbagai unit kerja.

2. Jalur birokrasi

Jalur ini terkait tugas pejabat dan para birokrat di berbgai unit kerja termasuk perguruan tinggi yang biasanya melakukan  koordinasi melalui rapat, pertemuan, seminat dllnya yang memungkinkan berkumpulnya orang banyak.

Jalur menjadi hidden enemy virus  karena diantara orang yang hadir dalam pertemuan tersebut sebelumnya tidak menyadari bahwa ada diantara para peserta bertindak sebagai bom waktu penyebar virus ini.

Masih lekat dalam ingatan kita ketika salah satu pejabat yang saat pidato mengalami sesak nafas dan kemudian wakilnya maju ke depan dengan sangat dekat dan memakai mic yang sama untuk melanjutkan pidato walaupun waktunya sangat sebentar.

Kedekatan orang orang dalam rapat dan berkumpul dalam merencanakan dan berkoordinasi sebelumnya tanpa disadari menjadi salah satu jalur penularan.

3. Jalur acara keagamaan

Salah satu sumber yang telah diidentifikasi oleh pemerintah Malaysia misalnya adalah pertemuan akbar di negeri tersebut yang dihadiri puluhan ribu jamaah dan diidentifikasi 150 diantaranya sudah tertular dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara

Banyak pertemuan keagamaan yang sebelumnya tidak disadari kini mulai diidentikasi sebagai salah satu klusternya yang sudah memakan korban jiwa.

Demikian juga misalnya di India salah satu tokoh agama melakukan kunjungan ke berbagai wilayah yang diduga melibatkan 150 ribu orang yang pada akhirnya tokoh agama tersebut meninggal dunia dan diidentifikasi tertular virus Covid-19.  Dikhawatirkan tokoh agama ini menjadi salah satu sumber penyebaran Covid-19 di India.

4. Jalur Frontier

Jalur ini memang sulit untuk dihindari karena memang tenaga medis dan paramedik  menjadi ujung tombak dalam menangani korban.  Kekurangan alat pelindung diri memang menjadi sangat ironis jika terjadi di garda depan ini. 

Korban dari pihak dokter dan paramedik di Indonesia sudah mulai ada demikian juga data yang sangat miris ketika saat ini di Italia  sudah hampir 50 dokter yang menjadi korban keganasan virus ini.

Kelompok frontier ini memang menjadi kelompok yang paling beresiko karena berada di garis paling depan yang yang paling harus diperhatikan kebutuhan keamananya oleh pihak terkait.

5. Jalur seminar dan workshop

Seperti jalur jalur sebelumnya yang mulai diidenfitikasi sebagai kluster penyebaran, seminar dan pertemuan ilmiah ini juga sangat rawan. Sudah ada seminar dan pertemuan teknis ataupun workshop yang disinyalir menjadi sumber kluster penyebaran.

Kembali berkumpulnya orang banyak menjadikan resiko penyebaran menjadi lebih tinggi

6. Jalur wisman

Diawal merebaknya covid-19 di Indonesia tampaknya jalur ini yang paling awal diketahui ketika ada gathering yang melibatkan wisman dan pada akhirnya wisman tersbeut diidentifikasi di negara lain  sebagai orang terpapar.

Saat melakukan gathering memang semuanya tampak sehat, namun selelah beberapa waktu pertemuan ini mulai memakan korban karena ada orang Indonesia yang diduga tertular melalui  jalur ini.

7. Jalur ketidak perdulian

Pada awal penyebaran virus ini banyak informasi yang tidak bertanggung jawab  dan beredar  yang menyatakan bahwa orang Indonesia kebal terhadap virus ini karena ada dan hidup di negeri tropis.

Kemudian ada lagi klaim dari peneliti perguruan tinggi yang menyatakan bahwa virus korona tidak perlu ditakuti karena dapat diatasi dengan suplemen herbal.

Sampai hari inipun masih ada peneliti yang mengaku menemukan suplemen yang dapat menangkal virus korona padahal asil temuannya belum diuji secara klisis.

Kemudian ada lagi kelompok fanatik yang masih saja berkeyakinan bahwa berkumpul itu tidak jadi masalah dan tidak mungkin menjadi korban atau menyebarkan virus ini karena semua orang yang berkumpul sehat sehat semuanya.

Kepercayaan dan klaim yang tidak bertanggung jawab ini membuat sebagian masyarakat menjadi acuh untuk melakukan social distancing karena percaya penuh dia tidak akan terpapar virus ini.

Jalur ketidak perdulian masyarakat inilah yang menjadi masalah terbesar bagi Indonesia dalam memutus mata rantai penyebaran ini, karena belum juga sadar betapa berbahayaya virus Covid-19 sekaligus membuat situasi menjadi rumit dalam memutus mata rantai ini karena adanya ketidak perdulian tersebut.

Jalur jalur penyebaran kluster virus covid-19 yang dikemukakan di atas memang telah menjadi hidden enemy yang invisible artinya nyata tapi tidak terlihat.

Dampaknya baru disadari ketika sudah ada korban  dinyatakan positif dan mulai ditelusuri dari mana tertularnya.  Di saat diketahui korban tentunya sudah menjadi bom waktu di tengah tengah keluarganya sebagai agen penyebar virus ini.

Dengan semakin meningkatnya jumlah korban tampaknya jalur jalur di atas sudah mulai disadari dan mulai dihindari seiring dengan anjuran pemerintah dan pihak berwenang.

Saat ini ini kita sedang berperang total menghentikan penyebaran hidden enemy yang kita tidak tau apakah sudah ada di sekitar kita.  Oleh sebab itu berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghentikan penyebaran virus ini mau tidak mau secara komunal harus kita patuhi.

Jangan ada lagi yang merasa dirinya tidak akan terpapar virus ini.  Jika masih ada yang beranggapan seperti ini maka anda adalah salah satu  bom waktu penyebaran Covid-19 dan anda akan digolongkan sebagai public enemy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun