Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan di tahun 2018 jumlah penderita Tuberculosis (TB) Â dunia mencapai 10 juta orang.
Fakta yang justru mengkhawatirkan yang terkait dengan TB ini adalah adanya bahaya  TB laten.  Dalam kasus TB ini ternyata hampir 25 % penduduk dunia dikategorikan ke dalam status TB laten.  Artinya didalam tubuh orang tersebut ada bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TB namun tidak menyebabkan sakit ataupun menyebarkan bakteri ini ke orang lain, namun jika kondisi tubuhnya tidak baik orang tersebut akan terinfeksi bakteri TB.Â
Dari sebanyak penderita TB laten ini, WHO  memperkirakan sebanyak 5-10% berisiko akan menderita penyakit TB sepanjang hidupnya.  Adanya status  TB laten ini tentunya sangat menyulitkan untuk melakukan eradikasi penyakit TB ini.  Jadi memang tidak heran jika jumlah penderita TB dunia termasuk Indonesia berfuktuasi dari waktu ke waktu.
Hal lain yang juga mengkhawatirkan adalah penyebaran TB dunia ini ternyata  2/3 nya terpusat hanya di 8 negara, yaitu : India (27%), Tiongkok  (9%), Indonesia (8%), the Philippina (6%), Pakistan (6%), Nigeria (4%), Banglades (4%) dan Afrika Selatan (3%) (Sumber :  WHO).
WHO juga mendeteksi adanya fenomena multi-drug resistant tuberculosis (MDR-TB) yang ditandai dengan adanya bakteri yang resisten terhadap pengobatan TB, sehingga menyulitkan dalam melakukan diagnose dan penyembuhan TB.
Mengenal TB
Tuberculosis atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai TB adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang  umumnya disebarkan melalui udara akibat masuknya bakteri ke sistem pernafasan dari orang yang tertular  melalui bersin, batuk dan dahak dll nya.
Penyakit TB umumnya berdampak pada paru paru, namun dalam perkembangannya dapat juga menyerang  bagian tubuh lainnya seperti abdomen, kelenjar, tulang dan sistem syaraf.
Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan bahwa setiap tahunnya ada sekitar 1,5 juta orang yang meninggal akibat penyakit TB ini.
Dalam mencegah penyebaran penyakit menular ini, biasanya dilakukan dengan cara menggunakan vaksin BCG pada kelompok yang rentan tertular seperti bayi, anak dan orang dewasa di bawah umur 35 tahun. Â Namun pada kenyataannya vaksin BCG ini mulai tidak efektif karena adanya bakteri TB yang mulai resisten terhadap antibiotik.
Eradikasi TB
Penyakit TB sudah lama merupakan penyakit global yang cukup mengkhawatirkan karena berdampak pada penurunan produktivitas seseorang dan dapat berakibat  kematian.  Oleh sebab itu WHO di periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2035 menargetkan akan mengurangi jumlah kasus TB dunia sebanyak 90% dan jumlah kematian dikurangi sebanyak 95%.
Dalam mengatasi masalah timbulnya bakteri resisten terbadap pengobatan TB ini, para peneliti dunia kini sedang mengembangkan vaksin TB yang diperkirakan akan tersedia secara masal di tahun 2028.
Perjalanan pembuatan Vaksin  TB ini memang cukup panjang karena telah dimulai sekitar 20 tahun yang lalu.  Salah satu perusahan farmasi yang mengembangkan vaksin TB ini adalah GlaxoSmithKline (GSK).
Vaksin TB ini dibuat oleh tim peneliti dari berbagai negara dengan mengandalkan dan memanfaatkan  protein yang dihasilkan dari bakteri yang memicu kekebalan tubuh.
Berita gembira terkait vaksin TB ini diungkap di pertemuan Global summit on lung health di Hyderabad yang diadakan selasa lalu. Vaksin TB generasi baru ini sudah mengalami fase uji coba klinis yang melibatkan sebanyak 3500 orang di wilayah  endemik TB di Afrika Selatan, Kenya dan Zambia.
Hasil uji coba ini menunjukkan bawa vansin TB ini efektif pada orang yang terinfeksi  bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TB.  Artinya vaksin ini sekaligus dapat mentargetkan penduduk dunia yang ada dalam status laten TB karena akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.
Semoga vaksin TB yang sebentar lagi akan tersedia ini dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H