Disamping langkah menaikkan tarif yang tentunya akan mengurangi impor kedele dari US, Tiongkok secara masal mengubah pertanian jagung di wilayah yang berbatasan dengan Rusia ke tanaman kedelai untuk  menutupi kekurangan kedelainya, termasuk mengerahkan tentaranya untuk bertani.
Para petani  di wilayah perbatasan ini justru berterima kasih kepada pemerintah, karena perang dagang justru menaikkan pendapan mereka dari usaha tanaman kedelainya.
Konversi tanaman jagung dan lahan lainnya menjadi usaha pertanian kedelai ternyata hanya mampu menutupi 10% saja kekurangan pasokan kedelai Tiongkok. Sisanya Tiongkok mengalihkan impor kedelainya  dari UD ke  negara negara Amerika lain.
Sudah menjadi rahasia umum, Tiongkok sudah lama mengembangkan pertaniannya di luar wilayah Tiongkok dengan bekerja sama dengan negara lain seperti di Afrika, Timur Tengah, Asia dan Amerika Latin  dalam menjamin ketahanan pangan Tiongkok di masa depan.
Strategi inilah yang membuat Tiongkok dapat bertahan di era perang dagang  dengan US sekaligus melakukan serangan balik ke US yang membuat US kini berpikir ulang dan melakukan kesepakatan baru dengan Tiongkok seperti yang terjadi di minggu ini.
Semoga Indonesia dapat belajar dan mengambil hikmah dari perang dagang US-Tiongkok ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H