Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Vigilante" ala Filipina

4 Juli 2018   10:21 Diperbarui: 4 Juli 2018   10:25 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam minggu ini tercatat sudah dua walikota yang ditembak mati oleh orang yang tidak di kenal di depan umum

Peristiwa pertama melibatkan pembunuhan seorang walikota bernama Antonio Halili yang ketika ditembak oleh sniper sedang menyanyikan lagu kebangsaan Filipina dalam sebuat upacara bendera di kota Tanauan di wilayah ibukota Manila Selatan.

Peristiwa penembakan ini terekam oleh seorang saksi ini menggambarkan bagaimana walikota yang berumur 72 tahun tersebut langsung meninggal dunia setelah menerima satu tembakan jitu, padahal saat itu ada ratusan peserta upacara

Sehari kemudian korban kedua yang juga walikota yang bernama  Ferdinand Bote juga tersungkur dibunuh dengan cara yang hampir sama yaitu oleh penembak jitu.

Walikota  Ferdinand Bote yang berasal dari Tinio ketika itu meninggalkan Gedung pemerintahan untuk berolah raga di wilayah utara propinsi Nueva Ecija. Seorang pengendara motor menembak dan menghabisi nyawa walikota ini untuk kemudian melarikan diri.

Dua peristiwa ini tentunya menguatkan pendapat berbagai pihak bahwa sudah tercipta budaya pembuhuhan di Filipina.

Dalam kampanye melawan pengguna dan pengedar narkoba, sampai saat ini diperkirakan telah memakan korban 20.000 jiwa.

Masalah narkoba di Filipina memang sudah akut, sehingga Presiden Dutarte dalam kampanye dan programnya adalah membasmi apa yang dikatakannya sebagai sampah masyarakat ini.

Langkah Dutarte memang  mengundang pro dan kontra.  Di satu sisi narkoba memang sudah mengakar dan menggurita di hamper semua lapisan masyarakat, sehingga penanggulangan narkoba disambut baik oleh banyak  kalangan.

Namun cara penegak hokum yang menurut para penggiat HAM diperintah langsung oleh Dutarte ini dianggap tanpa kompromi dan memakan korban yang sangat banyak baik dikalangan pengguna maupun pengedar.

Rangkaian kejadian ini menjadikan semua pihak di Filipina menjadi was was, karena setiap saat dapat saja menjadi korban walaupun tidak terlibat narkoba.

Kepanikan masyarakat ini cukup berasalan jika pihak berwenang  tidak dapat diungkap siapa yang berperan dibalik penembakan walikota ini.  Sangat memungkinkan sekali jika seseorang  tidak disenangi akan berakhir tragis seperti kedua walikota ini, Menurut catatan polisi kedua walikota ini tidak termasuk dalam daftar target operasi narkoba.

Jika ditinjau dari segi menteror dan menghukum  para bandar narkoba, maka  shock terapi yang dilakukan oleh Dutarte ini tentunya sangat berhasil.  Namun dampak negatifnya yang berupa rusaknya tatanan keamanan masyarakat ini suatu saat nanti dapat saja akan berbalik menyalahkan  kepada kebijakan Presiden Dutarte ini.

Pihak gereja di Filipina juga sudah menyatakan bahwa "tidak ada lagi orang yang aman" mengingat dalam beberapa bulan ini saja sudah 3 pendeta yang dibunuh dengan cara yang sama ketika memimpin kegiatan keagamaannya.

Ketidakpastian dan merebaknya  rasa takut di masyarakat ini bukan tidak mungkin akan berbalik kepada Presiden Dutarte jika tidak dilakukan langkah evaluasi program anti narkobanya. 

Dapat saja walaupun niatnya baik untuk membasmi pengedar dan pengguna narkoba akan menjadikan Presiden Dutarte sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam menjadikan  Filipina sebagai "the murder capital of Asia."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun