Secara alami wanita memang memiliki periode umur yang dianggap paling aman dan baik untuk melahirkan anak. Â Batasan usia reproduktif wanita ini memang berhubungan erat dengan tingkat kesiapan tubuh untuk mengandung dan melahirkan dengan aman.
Oleh sebab itu,  sering dikenal istilah menopause dimana wanita secara alami  tidak lagi memperoduksi telur dan mengalami penurunan produksi hormon yang mendukungnya, sehingga di periode tersebut wanita tidak dapat lagi hamil.
Berbagai penelitian memang menunjukkan bahwa dengan semakin bertambahnya usia terutama di atas 40 tahun peluang terjadinya kelainan pembelahan sel dan mutasi  semakin meningkat dan beresiko munculnya hal hal yang tidak diinginkan yang terjadi baik pada ibu dan anaknya yang dilahirkan.
Namun dengan berbagai alasan,  di luar batas masa terbaik untuk melahirkan anak ini bahkan jauh setelah masa menopause pun  masih  banyak upaya untuk mengubah status reproduksi ini agar dapat memiliki anak.
Antara Keberhasilan vs Etika
Mungkin sebagian dari kita masih ingat sekitar 10 tahun yang lalu seorang ibu yang bernama Rajo Devi Lohan melahirkan anak di usianya yang ke 70 dan menjadikannya sebagi ibu tertua di dunia.
Berita tersebut memang sangat menghebohkan sekaligus menimbulkan kontroversi. Â Di satu sisi doktor yang membuat Rajo Devi Lohan hamil dan melahirkan anak dianggap tidak etis dan sudah melanggar kode etik kedokteran, namun di sisi lain keberhasilan ini dianggap sebagai terobosan sekaligus harapan bagi ibu yang tidak memiliki anak walaupun usianya sudah lanjut.
Tidak banyak lagi yang memberitakan apa yang terjadi setelah keberhasilan yang spektakuler ini di bidang reproduksi, namun berita terakhir mengabarkan bahwa Rajo Devi Lohan mengalami perubahan drastis dan sedang berjuang akibat kondisi kesehatannya yang terus menurun.
Setelah melahirkan Rajo Devi Lohan didiagnosa menderita kanker dan menjalani 3 kali operasi untuk memperbaiki rahimnya yang robek dan juga mengangkat tumornya. Rajo Devi Lohan harus menjalani chemotherapy dan mengalami efek samping berupa sakit yang luar biasa pada lambungnya.
Ironisnya saat menjalani proses perlakuan kesuburan,  dokter yang menanganinya sama sekali tidak pernah menceritakan efek samping  yang mungkin akan dialaminya setelah dia menjalani semua proses ini sampai  melahirkan anak.
Kini dokter yang merawatnya menyatakan kemungkinan besar kondisi dan penurunan kesehatan yang dialami oleh Rajo Devi Lohan akibat efek samping serangkaian proses kesubuhan yang dilaluinya.
Rupanya kisah sedih yang dialami oleh Rajo Devi Lohan tidak mengakhiri upaya para wanita usia lanjut untuk memiliki anak.
India kembali menjadi pemberitaan internasional ketika seorang ibu berusia 72 tahun  bernama  Daljinder Kaur  melahirkan anak melalui perlakukan kesuburan dan menjadikannya sebagai wanita tertua dunia yang melahirkan anak.
Pihak yang kontra menganggap dokter yang menanganinya egois  dan mengambil keuntungan pribadi dari keberhasilan ini dengan  menempatkan wanita tersebut dalam kondisi yang berbahaya.Â
Di tengah tengah kritik yang tekait dengan etika, dokter yang membatu wanita ini memiliki anak tetap bertahan pada pendapatnya bahwa wanita tersebut memiliki hak untuk memiliki anak.
Sudah menjadi Industri
Stigma negatif bagi wanita yang tidak memiliki anak di India memang masih terjadi sampai saat ini. Â Kondisi masyaralat seperti inilah yang membuat industri kesubuhan di India tumbuh subur.
India memang merupakan salah satu negara papan atas dalam hal bayi tabung.  Bayi pertama yang dilahirkan dari proses bayi tabung ini terjadi sekitar 40 tahun yang lalu. Sejak keberhasilan tersebut dan ditunjang oleh  kondisi sosial masyarakat, industri bayi tabung ini berkembang pesat di India. Tidak heran jika kita berkunjung ke India banyak sekali klinik di hampir seluruh wilayah  India yang memberikan jasa bayi tabung ini.
Industri bayi tabung ini memang mentargetkan pasangan suami istri yang tidak memiliki anak dengan segala usia. Banyaknya pasangan yang ingin memiliki anak melalui proses bayi tabung ini memang sangat erat terkait dengan stigma negatif bagi pasangan yang tidak memiliki anak.
Kembali kepada cerita wanita yang bernama Daljinder Kaur yang tercatat sebagai wanita tertua di dunia yang melahirkan di usianya yang ke 72 memang telah menikah selama 46 tahun dengan suaminya yang kini berusia 79 tahun namun belum memiliki anak.
Usia 72 tahun memang bukanlah usia yang tepat untuk melahirkan anak karena wanita ini benar benar mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anak.
Banyak yang menyarankan pasangan ini untuk mengadopsi anak saja, namun pasangan ini menganggap bahwa anak adopsi tetap saja bukan kandung.
Dokter yang membantu pasangan ini untuk memiliki anak melalui proses bayi tabung tercatat telah membatu sekitar 100 wanita yang berusia di atas 50 tahun untuk memiliki anak.
Sisi negatif industri kesuburan ini juga terjadi pada wanita pendonor sel telur. Sampai saat  sudah tercatat 2 wanita muda pendonor sel telur meninggal akibat proses yang dilaluinya dalam mendonorkan sel telurnya.
Para pendonor sel telur ini memang sangat erat terkait dengan kemiskinan dan uang. Â Sebagai perbandingan jika bekerja di pabrik garmen pada wanita ini hanya mendapatkan uang sekitar $75 per bulannya. Namun jika menjadi pendonor hanya dalam 10 hari akan dibayar sebesar $525
Langkah yang dilakukan dokter ini untuk membuat wanita usia 72 tahun melahirkan memang mendapatkan kritik keras dari presiden the Indian Society of Assisted Reproduction yang mengatakan bahwa dokter ini bertindak seolah olah sebagai tuhan dengan mempertaruhkan nyawa wanita dan bayi sekaligus.
Sebagai negara yang merupakan negara berpenduduk terpadat di dunia, ke depan tampaknya industri kesuburan di India ini akan semakin marak dengan semakin meningkatnya permitaan akan jasa bayi tabung ini.Â
Pelarangan total praktek bayi tabung memang bukanlah opsi yang tepat di India karena memang industri ini diperlukan dan pelarangan akan menimbulkan praktek bayi tabung illegal yang justru lebih sulit ditebak dampaknya.
Rujukan:Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H