Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Industri Bayi Tabung India Berkah atau Petaka?

24 Mei 2018   09:41 Diperbarui: 24 Mei 2018   12:56 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rajo Devi Lohan bersama anak perempuan nya yang dilahirkannya ketika berusia 70 tahun. Photo: 101 East/ Al Jazeera]

Dokter yang membantu pasangan ini untuk memiliki anak melalui proses bayi tabung tercatat telah membatu sekitar 100 wanita yang berusia di atas 50 tahun untuk memiliki anak.

Sisi negatif industri kesuburan ini juga terjadi pada wanita pendonor sel telur. Sampai saat  sudah tercatat 2 wanita muda pendonor sel telur meninggal akibat proses yang dilaluinya dalam mendonorkan sel telurnya.

Para pendonor sel telur ini memang sangat erat terkait dengan kemiskinan dan uang.  Sebagai perbandingan jika bekerja di pabrik garmen pada wanita ini hanya mendapatkan uang sekitar $75 per bulannya. Namun jika menjadi pendonor hanya dalam 10 hari akan dibayar sebesar $525

Langkah yang dilakukan dokter ini untuk membuat wanita usia 72 tahun melahirkan memang mendapatkan kritik keras dari presiden the Indian Society of Assisted Reproduction yang mengatakan bahwa dokter ini bertindak seolah olah sebagai tuhan dengan mempertaruhkan nyawa wanita dan bayi sekaligus.

Sebagai negara yang merupakan negara berpenduduk terpadat di dunia, ke depan tampaknya industri kesuburan di India ini akan semakin marak dengan semakin meningkatnya permitaan akan jasa bayi tabung ini. 

Pelarangan total praktek bayi tabung memang bukanlah opsi yang tepat di India karena memang industri ini diperlukan dan pelarangan akan menimbulkan praktek bayi tabung illegal yang justru lebih sulit ditebak dampaknya.

Rujukan:Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun