Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Diskriminasi Wanita pada Sumo Akankah Terus Berlanjut?

29 April 2018   08:48 Diperbarui: 29 April 2018   18:00 2467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa wanita dilarang memasuhi dohyo?

Dalam olahraga sumo ini secara tradisi wanita dianggap "tidak bersih" sehingga tidak diperbolehkan memasuki dohyo.

Sumo memang masih sangat erat hubungannya dengan tradisi dan agama Shinto.  Menurut catatan sejarah sumo bukan dipandang sebagai olahraga namun lebih kepada melestarikan tradisi dan praktek keagamaan.

Sebelum pertadingan dimulai biasanya lubang kecil digali di tengah tengah dohyo untuk selanjutnya diisi dengan kacang, cumi cumi dan rumput laut serta sake oleh pendeta Shinto.

Selanjutnya lubang tersebut ditutup untuk mengunci roh. Sebagaimana yang sering kita saksikan pesumo sebelum bertanding biasanya melakukan ritual menghentak hentakan kakinya dan menepuk nepuk tangan. Tindakan ini dimaksudkan untuk menakut-nakuti roh jahat.

Ritual menepuk tangan dimaksudkan untuk menakuti roh jahat. Photo: 15kanji
Ritual menepuk tangan dimaksudkan untuk menakuti roh jahat. Photo: 15kanji
Dohyo lebih dipandang sebagai wilayah suci berdasarkan agama Shinto.  Secara tradisipun di dalam agama Shinto, wanita dianggap tidak bersih karena terkait dengan darah menstruasi sehingga wanita dilarang memasuki doyo.

Darah memang dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik bagi kesucian dohyo.  Oleh sebab itu,  jika ada pesumo yang berdarah ketika bertanding, maka garam akan ditebarkan beberapa kali untuk memurnikan kembali dohyo.

Mengnetakkan kaki dimaksudkan untuk menakuti roh jahat. Photo : Telegraph
Mengnetakkan kaki dimaksudkan untuk menakuti roh jahat. Photo : Telegraph
Kepopuleran olahraga sumo di dunia membuat olahraga tradisional Jepang ini banyak diminati di berbagai negara termasuk oleh pesumo wanita amatir. Namun tetap saja pesumo wanita tidak diperbolehkan memasuki dohyo Ryogoku Kokugikan yang ada di Tokyo dan juga mengikuti turnamen professional.

Serangkaian kejadian yang terkait dengan bias gender ini memang membuat Asosiasi Sumo Jepang mendapat sorotan  tajam. Namun ditengah tengah sorotan ini Asosiasi Sumo Jepang mengatakan bahwa tradisi ini sudah berjalan ribuan tahun dan tidak dapat diubah secepat membalikkan tangan.

Menurut beberapa pengamat, tampaknya "kegaduhan" terkait bias gender ini akan mereda seiring dengan berjalannya waktu mengingat kasus ini bukanlah kontroversi di Jepang itu sendiri.

Assosiasi Sumo Jepang memang telah menyampaikan permohonan maafnya secara terbuka terkait dengan wasit yang mengusir wanita yang mencoba memberikan pertolongan pada walikota yang pingsan dan mengatakan bahwa tindakan "mengusir" wanita tersebut merupakan tindakan yang tidak patut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun