Mengapa wanita dilarang memasuhi dohyo?
Dalam olahraga sumo ini secara tradisi wanita dianggap "tidak bersih" sehingga tidak diperbolehkan memasuki dohyo.
Sumo memang masih sangat erat hubungannya dengan tradisi dan agama Shinto. Â Menurut catatan sejarah sumo bukan dipandang sebagai olahraga namun lebih kepada melestarikan tradisi dan praktek keagamaan.
Sebelum pertadingan dimulai biasanya lubang kecil digali di tengah tengah dohyo untuk selanjutnya diisi dengan kacang, cumi cumi dan rumput laut serta sake oleh pendeta Shinto.
Selanjutnya lubang tersebut ditutup untuk mengunci roh. Sebagaimana yang sering kita saksikan pesumo sebelum bertanding biasanya melakukan ritual menghentak hentakan kakinya dan menepuk nepuk tangan. Tindakan ini dimaksudkan untuk menakut-nakuti roh jahat.
Darah memang dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik bagi kesucian dohyo. Â Oleh sebab itu, Â jika ada pesumo yang berdarah ketika bertanding, maka garam akan ditebarkan beberapa kali untuk memurnikan kembali dohyo.
Serangkaian kejadian yang terkait dengan bias gender ini memang membuat Asosiasi Sumo Jepang mendapat sorotan  tajam. Namun ditengah tengah sorotan ini Asosiasi Sumo Jepang mengatakan bahwa tradisi ini sudah berjalan ribuan tahun dan tidak dapat diubah secepat membalikkan tangan.
Menurut beberapa pengamat, tampaknya "kegaduhan" terkait bias gender ini akan mereda seiring dengan berjalannya waktu mengingat kasus ini bukanlah kontroversi di Jepang itu sendiri.
Assosiasi Sumo Jepang memang telah menyampaikan permohonan maafnya secara terbuka terkait dengan wasit yang mengusir wanita yang mencoba memberikan pertolongan pada walikota yang pingsan dan mengatakan bahwa tindakan "mengusir" wanita tersebut merupakan tindakan yang tidak patut.