Landasan berpikir Prabowo bahwa sumberdaya manusia yang berkualitas akan sangat ditentukan oleh kecukupan protein sudah benar. Kecukupan protein ini memang sangat vital bagi perkembangan sel sel otak terutama fase pertumbuhan dan perkembangan otak.
Namun sayangnya ketika meluncurkan ide revolusi putih yang tentunya sudah digodog dan dipikirkan matang matang oleh para pakar yang berada di belakang  Prabowo banyak sekali faktor  X yang diabaikan, sehingga tampak sekali pola pemikiran liniernya yaitu, jika anak anak dalam masa pertumbuhan diberikan susu terutama susu segar maka akan peningkatkan kecerdasan.
Revolusi Putih Prabowo ini hanya dapat terlaksana  jika di Indonesia sudah dijamin tingkat produksi susu segar untuk memenuhi kebutuhan program yang diluncurkan dan untuk mencapi hal tersebut sudah jelas banyak sekali kendala yang harus dihadapi dan diselesaikan.
Kendala mengkonsumsi susu segar
Jika kita tengok ke belakang kita akan menemukan fakta bahwa sebelum penjajah kolonial Belanda masuk ke Indonesia, Â masyarakat tidak memiliki kebiasaan minum susu, terutama susu segar. Â Belanda mendatangkan sapi perah dan juga mengimpor susu ditujukan untuk kebutuhan noni noni dan sinyo sinyo Belanda yang memang memiliki kebiasaan minum susu segar setiap harinya sebagai bagian dari pemenuhan gizi harian.
Tidak dapat dibantah memang susu merupakan salah satu sumber protein, asam amino esensial, lemak dll yang terlengkap, disamping itu protein susu memang mudah dicerna.
Namun sayangnya ras Asia termasuk Indonesia pada umumnya memang tidak memiliki gen khusus yang dapat mencerna dengan baik kandungan laktosa dalam susu. Â Akibatnya kebanyakan orang Indonesia jika mengkonsumsi susu segar akan mengalami lactose intolerance.
Gejala yang ditunjukkan oleh orang yang tidak toleran pada laktosa ini  muncul dalam reaksi ringan berupa diare dan produksi gas yang berlebihan dalam saluran pencernaan yang menyebabkan kembung, sampai pada gejala yang berat berupa gangguan pencernaan akut  jika mengkonsumsi susu segar.
Mengkonsumsi susu segar memang akan mendapatkan dampak positif berupa protein dan kandungan gizi susu lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan, namun juga akan berdampak buruk bagi kesehatan terutama pada orang yang  tidak mampu mentoleransi laktose secara akut.
Jika kita berbicara masalah produksi susu sapi di Indonesia, maka kita akan menemukan fakta bahwa produksi susu di Indonesia memang masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negera tentangga ASEAN sekalipun. Konsumsi susu Indonesia per kapita terendah jika dibandingkan negara ASEAN lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena mengkonsumsi susu segar itu bukan merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat Indonesia.
Kendala geografis budidaya