Banyak  orang berpendapat bahwa rasisme itu memang sudah sifat  alamiah manusia  yang sulit dihilangkan. Benarkah demikian?
Salah satu faktor yang memicu timbulnya rasisme adalah kepicikan berpikir dan keterbatasan wawasan sehingga menganggap  bahwa diri dan kelompoknya adalah yang terbaik.  Sikap seperti ini tumbuh dengan subur apabila orang atau kelompok tersebut tidak pernah atau  jarang terekspos dengan dunia di luar kelompoknya.
Bahasa dan budaya berperan besar dalam menempa sikap dan pandangan orang terhadap ras yang berbeda ini.  Orang yang  pernah atau paling tidak mengetahui bahasa dan budaya di luar kelompoknya biasanya lebih toleran. Bahasa dan budaya memang dapat diibaratkan sebagai jendela untuk menengok dunia luar  dan memahami orang atau kelompok lain.
Fenomena meluasnya penggunaan bahasa Inggris di berbagai negara seperti misalnya Australia  oleh kalangan pakar dianggap sebagai suatu ancaman dan hambatan untuk mengenal dan memperlajari bahasa asing.  Globalisasi bahasa Inggris ini bahkan dianggap sebagai salah satu pemicu timbulnya percikan rasisme di negara negara tertentu karena menganggap adanya superioritas bahasa  ini.
Oleh sebab itu di banyak negara dimana  bahasa utamanya adalah bahasa Inggris sekarang terdapat pemikiran untuk mulai menggalakkan penggunaan bahasa asing sebagai bahasa kedua sejak dini.
Langkah ini bukanlan merupakan langkah yang tidak memiliki dasar. Â Menurut ahli bahasa dari University of South Austrlia Prof. Anglea Scarino, orang yang memiliki kemampuan berbicara dalam bahasa di luar bahasa ibu membuat orang tersebut memasuki dunia luar yang sangat bermanfaat pada dirinya dalam memasuki kehidupan yang beragam ini.
Terkesposnya seseorang terhadap bahasa dan budaya asing sejak usia dini membuat seseorang lebih toleran ketika memasuki usia dewasanya.
Belajar dan memiliki kemampuan berbahasa selain bahasa ibu tidak hanya sekedar belajar bahasa semata saja melainkan  biasanya juga diikuti dengan  mempelajari budaya orang atau negara lain.  Bahkan sebaliknya dengan mengenal budaya lain biasanya mempelajari bahasa lain akan lebih mudah.
Melalui bahasa orang tidak hanya sekedar dapat berkomunikasi dengan orang lain namun juga memasuki dunia linguistik dan budaya lain yang sangat berpengaruh pada wawasan seseorang.
Dalam  dunia global saat ini, kehidupan multi budaya tidak dapat dihindari lagi.  Ke depan akan makin banyak kelompok dan ras lain yang masuk dan berinteraksi  dengan  masyarakat lokal.  Dalam situasi seperti ini tentu saja sangat tidak mungkin suatu negara untuk memagari negaranya untuk mencegah masuknya arus  suku, agama, ras dll dalam  menjaga identitasnya.
Mempelajari bahasa selain bahasa ibu memang sangat membantu membangun pengertian, toleransi dan bahkan wawasan seseorang dalam bertinterkasi dengan kelompok dan ras lainnya. Hal inilah yang akan sangat berpengaruh pada diri seseorang dalam menerima kenyataan bahwa dirinya hidup dalam dunia global.
Mempelajari bahasa dan budaya lain akan membantu seseorang untuk tidak berpikir secara hitam putih dengan berpendapat hanya ada dua kelompok di dunia ini yaitu "saya" dan "mereka".Â
Menguasai bahawa asing akan memperkuat identitas diri namun sekaligus membuat seseorang hidup dalam dunia lain karena akan membuat seseorang dapat berinteraksi secara sosial dan professional dengan kelompok dan ras lain.
Mempeljari bahasa asing memang bukanlah mudah namun memerlukan kemauan yang kuat dan situasi yang mendukung. Â Biasanya jika seseorang harus bertahan pada lingungan baru yang sangat berbeda dan sangat menentukan hidup matinya, maka biasanya orang tersebut akan terpicu untuk mempelajari bahawa asing agar dapat bertahan.
Namun sebaliknya dalam situasi yang terkungkung dan merasa nyaman dalam kelompoknya, maka akan muncul pendapat bahwa mempelajari bahasa asing itu tidak diperlukan karena mereka dapat bertahan hidup tanpa mempelajari bahwa asing.
Arogansi dan fanatisme bahwa bahasa dan budaya dirinya yang terbaik akan membuat seseorang seperti memakai kacamata kuda karena kurang mengetahui ada kelompok dan ras lain yang lebih baik. Â Sikap dan keterbatasan inilah yang dapat memicu timbulnya rasisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H