Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggerus Rasisme dengan Mempelajari Bahasa Asing

15 Juli 2017   09:18 Diperbarui: 15 Juli 2017   15:36 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak  orang berpendapat bahwa rasisme itu memang sudah sifat  alamiah manusia  yang sulit dihilangkan. Benarkah demikian?

Salah satu faktor yang memicu timbulnya rasisme adalah kepicikan berpikir dan keterbatasan wawasan sehingga menganggap   bahwa diri dan kelompoknya adalah yang terbaik.  Sikap seperti ini tumbuh dengan subur apabila orang atau kelompok tersebut tidak pernah atau  jarang terekspos dengan dunia di luar kelompoknya.

Bahasa dan budaya berperan besar dalam menempa sikap dan pandangan orang terhadap ras yang berbeda ini.  Orang yang  pernah atau paling tidak mengetahui bahasa dan budaya di luar kelompoknya biasanya lebih toleran. Bahasa dan budaya memang dapat diibaratkan sebagai jendela untuk menengok dunia luar  dan memahami orang atau kelompok lain.

Fenomena meluasnya penggunaan bahasa Inggris di berbagai negara seperti misalnya Australia  oleh kalangan pakar dianggap sebagai suatu ancaman dan hambatan untuk mengenal dan memperlajari bahasa asing.  Globalisasi bahasa Inggris ini bahkan dianggap sebagai salah satu pemicu timbulnya percikan rasisme di negara negara tertentu karena menganggap adanya superioritas bahasa  ini.

Oleh sebab itu di banyak negara dimana  bahasa utamanya adalah bahasa Inggris sekarang terdapat pemikiran untuk mulai menggalakkan penggunaan bahasa asing sebagai bahasa kedua sejak dini.

Langkah ini bukanlan merupakan langkah yang tidak memiliki dasar.  Menurut ahli bahasa dari University of South Austrlia Prof. Anglea Scarino, orang yang memiliki kemampuan berbicara dalam bahasa di luar bahasa ibu membuat orang tersebut memasuki dunia luar yang sangat bermanfaat pada dirinya dalam memasuki kehidupan yang beragam ini.

Terkesposnya seseorang terhadap bahasa dan budaya asing sejak usia dini membuat seseorang lebih toleran ketika memasuki usia dewasanya.

Belajar dan memiliki kemampuan berbahasa selain bahasa ibu tidak hanya sekedar belajar bahasa semata saja melainkan  biasanya juga diikuti dengan  mempelajari budaya orang atau negara lain.  Bahkan sebaliknya dengan mengenal budaya lain biasanya mempelajari bahasa lain akan lebih mudah.

Melalui bahasa orang tidak hanya sekedar dapat berkomunikasi dengan orang lain namun juga memasuki dunia linguistik dan budaya lain yang sangat berpengaruh pada wawasan seseorang.

Dalam  dunia global saat ini, kehidupan multi budaya tidak dapat dihindari lagi.  Ke depan akan makin banyak kelompok dan ras lain yang masuk dan berinteraksi  dengan  masyarakat lokal.  Dalam situasi seperti ini tentu saja sangat tidak mungkin suatu negara untuk memagari negaranya untuk mencegah masuknya arus  suku, agama, ras dll dalam  menjaga identitasnya.

Mempelajari bahasa selain bahasa ibu memang sangat membantu membangun pengertian, toleransi dan bahkan wawasan seseorang dalam bertinterkasi dengan kelompok dan ras lainnya. Hal inilah yang akan sangat berpengaruh pada diri seseorang dalam menerima kenyataan bahwa dirinya hidup dalam dunia global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun