Salah satu pengunjung pengadilan menyatakan bahwa “saya menyaksikan babak baru peradilan negaraku dan Park Geun-hye harus dihukum berat dan tidak diberikan pengampunan selama proses hukumannya”
Pengadilan Korea Selatan memang terkenal dengan kerasnya terhadap koruptor. Paling tidak tercatat bahwa ada dua mantan Presiden Korea Selatan yang menjani proses hukum akibat korupsi yang dilakukannya.
From Glory to misery itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan kasus yang menimpa Park Geun-hye ini. Dinasti kekuasaan yang menjadi label keluarganya ternyata tidak cukup membuat dia lebih waspada.
Fenomena keberadaan penasehat spiritual yang akhirnya menghancurkan reputasinya memang sangat unik dan tidak hanya terjadi di Korea Selatan saja. Di Indonesia pun jika kita amati di beberapa era pemerintahan ada fenomena penasehat spiritual ini.
Alam pikiran sehat Park Geun-hye tampaknya sudah tekontaminasi fenomena penasehat spiritual ini sehingga membuatnya berpikir diluar kebiasaannya. Harta tampaknya bukanlah masalah bagi Park Geun-hye yang merupakan politisi elit Korea Selatan.
Namun ditengah tengah kecukupan materi yang dimilikinya tampaknya materi telah berubah menjadi candu yang membuatnya tidak pernah merasa puas yang akhirnya menghancurkan reputasinya yang membawa dirinya ke titik paling rendah dari posisi presiden.
Park Geun-hye yang pernah disanjung sanjung kini telah menjadi terdakwa dan jika terbukti bersalah dia akan selalu dikenang oleh rakyat Korea Selatan sebagai seorang koruptor ulung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H