Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Park Geun-hye from Glory to Misery

24 Mei 2017   10:27 Diperbarui: 24 Mei 2017   11:30 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Park Geun-hye ketika memasuki ruang pengadilan. Photo: Seong-joon Cho—Bloomberg/Getty Images

Salah satu pengunjung pengadilan menyatakan bahwa “saya menyaksikan babak baru peradilan negaraku dan Park Geun-hye harus dihukum berat dan tidak diberikan pengampunan selama proses hukumannya”

Pengadilan Korea Selatan memang terkenal dengan kerasnya terhadap koruptor.  Paling tidak tercatat bahwa ada dua mantan Presiden Korea Selatan yang menjani proses hukum akibat korupsi yang dilakukannya.

From Glory to misery itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan kasus yang menimpa Park Geun-hye ini. Dinasti kekuasaan yang menjadi label keluarganya ternyata tidak cukup membuat dia lebih waspada.

Fenomena keberadaan penasehat spiritual yang akhirnya menghancurkan reputasinya memang sangat unik dan tidak hanya terjadi di Korea Selatan saja.  Di Indonesia pun jika kita amati di beberapa era pemerintahan ada fenomena penasehat spiritual ini.

Alam pikiran sehat Park Geun-hye tampaknya sudah tekontaminasi fenomena penasehat spiritual ini sehingga membuatnya berpikir diluar kebiasaannya.  Harta tampaknya bukanlah masalah bagi Park Geun-hye yang merupakan politisi elit Korea Selatan.

Namun ditengah tengah kecukupan materi yang dimilikinya tampaknya materi telah berubah menjadi candu yang membuatnya tidak pernah merasa puas yang akhirnya menghancurkan reputasinya yang membawa dirinya ke titik paling rendah dari posisi presiden.

Park Geun-hye yang  pernah disanjung sanjung kini telah menjadi terdakwa dan jika terbukti bersalah dia akan selalu dikenang oleh rakyat Korea Selatan sebagai seorang koruptor ulung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun