Berbicara masalah sektor persapian di Indonesia tentu saja tidak akan terlepas dari Australia.  Sebagai salah satu negara pengekspor sapi terbesar dunia, setiap tahunnya Australia mengekspor sekitar 1 juta ekor sapi ke negara lain untuk digemukkan dan disembelih untuk memenuhi kebutuhan daging.  Dari jumlah tersebut ¾ dari volume ekspor sapi hidup Australia ini diekspor ke Indonesia dan Vietnam.
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa Australia memiliki kekuatan yang sangat besar dalam melakukan ekspor sapi hidup dan juga daging beku. Â Dua faktor utama yang menjadi kekuatan Australia adalah faktor bibit sapi yang berkualitas dan jumlahnya memadai dan juga dukungan padang rumput alami dan luasan area peternakan yang membuat Australia dalam menerapkan sistem peternakan ekstensif dalam skala raksasa.
Jika kita membicarakan sapi pedaging, maka kita tidak akan lepas dari wanita yang bernama Gina Rinehart yang dijuluki ratu sapi  Australia yang merupakan satu dari tiga  kongglomerat sapi terbesar di Australia.
Julukan ratu sapi yang melekat pada Gina Rinehart memang sangat layak, karena gabungan peternakan yang dimilikinya pada tahun 2020 diperkirakan akan  mampu menyediakan sapi hidup untuk ekspor sebanyak 800.00 ekor setiap tahunnya.
Kerjasama yang dikembangkan oleh Gina Renehart ini tidak saja mengekspor sapi hidup ke Tiongkok namun juga mengundang perusahan Tiongkok melakukan invenstasi di Australia senilai $1 milyar dalam penernakan sapi, pengolahan daging dan sektor agribisnis lainnya.
Diperkirakan pengembangan bisnis sapi Rinehart ini pada tahun 2020 dapat mengekspor sapi ke Tiongkok sebanyak 800 ribu ekor setiap tahunnya untuk dipotong dan diproses di Tiongkok.
Perusahaan sapi yang dikelola oleh Gina Rinehart yang bernama Hancoock Pastoral ini telah menandatangani kerjasamanya dengan perintah propinsi Zhejiang berupa kerjasama pengembangan peternakan, penggemukan sapi, sistem karantina dan juga pengembangan fasilitas peternakan di wilayah Tiongkok selatan.
Model kerjasama seperti ini seharusnya sudah mulai dijajagi oleh pemerintah Indonesia mengingat ketergantungan Indonesia yang sangat kronis pada sapi impor.
Bagi Australia ekspor sapi hidup ini akan dapat mengurangi ongkos tenaga kerja karena tenaga kerja di Australia sangat mahal. Â Disamping itu biaya pemrosesan daging juga akan dapat dikurangi.Â
Disamping kedua hal ini negara pengimpor sapi akan memiliki nilai  berupa bagian bagian tubuh sapi yang di Australia kurang memiliki nilai dan ada yang dilarang diperjualbelikan, seperti bagian tertentu dari jeroan dll
Saat ini bisnis sapi yang dimiliki oleh Gina Renehart dapat menyediakan  sapi sebanyak 1500.000 ekor setiap tahunnya. .Ambisi ratu sapi Australia ini untuk mengembangkan blueprint akan berdampak pada  peningkatan nilai ekspor sapi hidup Australia senilai  $1,5 milyar.
Sepak terjang Gina  Rinehart yang dijuluki ratu sapi Australia ini memang sudah tidak diragukan lagi.  Namun kejeniusannya dalam mengelola dan membangun peternakan sapinya ini ternyata tidaklah terkait langsung dengan dengan tingkat  pendidikannya.
 Setelah lulus dari SMA Rinehart memang melanjutkan studi ekonomi nya di Sydney University, namun di tengah jalan dia mengudurkan diri dan lebih memilih terjun langsung dalam dunia bisnis yang dimiliki oleh keluarganya.
Setelah kematian ayahnya pada tahun 1992, Gina Rinehart mengambil alih bisnis pertambangan. Rinehart yang kini lebih dikenal sebagai ratu sapi Australia ini pada tahun 2013, 2014 dan 2015 pernah dinobatkan sebagai wanita paling berpengaruh dalam bisnis rangking 16, 27 dan 37 dunia.
Gina Rinehart telah berhasil membuktikan bahwa dunia persapian yang dikenal keras dan penuh resiko  ini ternyata dapat dikelola oleh wanita dengan sukses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H