Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Rakyat Lapar

23 April 2017   05:14 Diperbarui: 23 April 2017   14:00 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tangkapan layar youtube i.ytimg.com

Ada banyak kesamaan antara Peristiwa yang saat ini sedang melanda  Venezuela saat ini dengan Peristiwa yang terjadi di Indonesia tahun 1998 lalu.  Saat ini Presiden Venezuela sedang berada di masa krisis kepemimpinan ketika rakyat sudah bergerak menentang kepemimpinannya.

Popularitas yang dimilili Presiden Nicolas Maduro di awal kepemimpinannya ternyata tidak cukup untuk  mengendalikan kemarahan rakyatnya akibat kebijakan yang dianggap menyengsarakan rakyat.

Kekuasaan mutlak yang mulai dibangun bersama orang dekatnya membuat Maduro lupa bahwa dia dipilih untuk menjadi presiden rakyat Venezuela bukan menjadi presiden sekelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama. Dia dipilih rakyat bukan untuk melanggengkan kepemimpinan dan mengambil untung sebesar besarnya dari pemerintahannya bagi dirinya maupun kelompoknya.

Akibat sibuk membangun kepentingan kelompoknya Madura lupa akan kebutuhan paling mendasar rakyatnya, yaitu kepentingan perut alias makan.  Kebijakan ekonomi Maduro membawa Venezuela memasuki masa sulit dalam perekonomiannya.

Akibatnya harga melambung, banyak rakyat kecil kesulitan untuk makan, banyak bayi yang mengangis kelaparan karena orangtuanya tidak mampu membeli susu untuk bayinya.

Dalam situasi kegundahan inilah muncul kepentingan bersama di level akar rumput yaitu bagaimana cara menyelamatkan anggota keluarga dari krisis ekonomi yang semakin buruk ini.  Kepentingan bersama inilah yang membuat rakyat bergerak untuk melakukan protes dan menunjukkan kepada Maduro bahwa rakyat kini sedang lapar.

Fase dimana rakyat lapar merupakan fase yang sangat berbahaya dan tidak dapat diprediksi akhirnya.  Dalam situasi rakyat lapar, maka solidaritas dan kekeluargaan yang selama ini sudah terbentuk di level akar rumput akan tergerus oleh kepentingan yang lebih kecil lagi yaitu kepentingan keluarga.

Biasanya dalam situasi krisis seperti ini akan ada kelompok kepentingan politik lainnya yang memanfaatkan dan menunggangi situasi ini..

Dalam situasi yang semakin memanas yang terjadi selama seminggu ini, hukum rimba sudah mulai berlaku.  Sesama rakyat kini seolah tidak kenal lagi.  Banyak toko toko dan bahkan rumah tangga biasa dijarah.  Bahkan banyak anggota  keluarga menceritakan bagaimana sekelompok orang yang tidak dikenal  mesuk ke dalam rumahnya dan menjarah isi lemari es yang berisi persediaan makanan.

Dalam Peristiwa tahun 1998 yang melanda Indonesia, di saat masa krisis yang dimungkinkan terjadi hal yang lebih buruk lagi, Presiden  Soeharto saat itu akhirnya  memilih untuk mengundurkan diri.  Banyak kalangan yang mengganggap bahwa pilihan Pak Harto untuk mengundurkan diri telah menyelamatkan Indonesia dari kehancuran yang lebih parah lagi.

Kemiripan situasi yang saat ini dihadapi oleh Maduro, tampaknya belum menunjukkan tanda tanda tanda akan mengarah pada langkah yang telah diambil oleh Pak Harto.  Sikap mengobarkan anti Amerika  sebagai bentuk patriotism yang ditunjukkan oleh Maduro ternyata tidak dapat mengatasi realitas laparnya rakyat.

Bahkan sebaliknya adanya demo tandingan yang terjadi yang mendukung keperintahannya dan sikap Maduro yang menyalahkan rakyatnya yang sedang lapar ini.  Dalam situasi yang mulai memasuki masa krisis kepemimpinan ini, tindakan membenturkan rakyat akan sangat vital dan dapat berujung pada kehancuran yang lebih parah lagi.

Dalam situasi dimana rakyat lapar dan sudah masuk dalam fase  menyelamatkan masing masing keluarganya dari kelaparan ini, maka ujung dari gejolak ini akan  sangat sulit untuk diprediksi.

Gejolak kebutuhan dasar akan kebebasan berpendapat seperti yang kini melanda Malaysia merupakan contoh ekstrim lainnya, dimana ternyata urusan perut saja tidaklah cukup.  Pendapat Mahatir bahwa jika rakyat tenang negara akan tenang ternyata sudah mulai digerus oleh waktu. Rakyat kenyang tanpa disertai oleh kebebasan berpendapat juga merupakan salah satu bentuk krisis kepemimpinan.

Para pimpinan yang sedang berkuasa tentu saja dapat mengambil pelajaran yang berharga dari kejadian ini. Menyeimbangan kepentingan politik dan kepentingan perut merupakan kunci dari keberhasilan suatu kepemimpinan. 

Ketika pempimpin sibuk menjaga kepentingan kelompoknya dan lupa akan kepentingan rakyat yang paling mendasar, maka pemimpin akan kehilangan kepercayaan rakyatnya sekaligus akan diberi label sebagai pemimpin yang melukapan janji manisnya ketika menggunakan suara rakyat untuk menjadikannya  pemimpin.

Semoga apa yang yang melanda Venezuela saat ini menjadi pelajaran yang berharga bagi para pemimpin yang kini sedang mengemban amanah rakyat.  Jangan menunggu sampai rakyat lapar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun