Bahkan sebaliknya adanya demo tandingan yang terjadi yang mendukung keperintahannya dan sikap Maduro yang menyalahkan rakyatnya yang sedang lapar ini. Â Dalam situasi yang mulai memasuki masa krisis kepemimpinan ini, tindakan membenturkan rakyat akan sangat vital dan dapat berujung pada kehancuran yang lebih parah lagi.
Dalam situasi dimana rakyat lapar dan sudah masuk dalam fase  menyelamatkan masing masing keluarganya dari kelaparan ini, maka ujung dari gejolak ini akan  sangat sulit untuk diprediksi.
Gejolak kebutuhan dasar akan kebebasan berpendapat seperti yang kini melanda Malaysia merupakan contoh ekstrim lainnya, dimana ternyata urusan perut saja tidaklah cukup. Â Pendapat Mahatir bahwa jika rakyat tenang negara akan tenang ternyata sudah mulai digerus oleh waktu. Rakyat kenyang tanpa disertai oleh kebebasan berpendapat juga merupakan salah satu bentuk krisis kepemimpinan.
Para pimpinan yang sedang berkuasa tentu saja dapat mengambil pelajaran yang berharga dari kejadian ini. Menyeimbangan kepentingan politik dan kepentingan perut merupakan kunci dari keberhasilan suatu kepemimpinan.Â
Ketika pempimpin sibuk menjaga kepentingan kelompoknya dan lupa akan kepentingan rakyat yang paling mendasar, maka pemimpin akan kehilangan kepercayaan rakyatnya sekaligus akan diberi label sebagai pemimpin yang melukapan janji manisnya ketika menggunakan suara rakyat untuk menjadikannya  pemimpin.
Semoga apa yang yang melanda Venezuela saat ini menjadi pelajaran yang berharga bagi para pemimpin yang kini sedang mengemban amanah rakyat. Â Jangan menunggu sampai rakyat lapar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H