Mungkin masih banyak yang masih ingat film Crocodile Dundee yang dibintangi  oleh Paul Hogan yang menampilkan buaya liar dan juga aksi mediang Steve Irwin menguasai buaya dan satwa liar lainnya. Semua lokasi pengambilan film dokumenter  ini dilakukan di wilayah utara Australia yang dinamakan Northern Territory dengan ibu kotanya Darwin.
Perpaduan keindahan alam dan kehidupan satwa liar ini sampai saat ini masih dapat dinikmati oleh para petualang alam dengan mengunjungi dan melihatnya secara langsung.
Dalam melakukan  petualangan, perjalanan dimulai dengan perjalanan darat menggunakan mobil dari kota Darwin selama kurang lebih 45 menit menempuh jarak 64 km ke arah tenggara untuk mencapai Adelaide River.
Untuk menyaksikan  bagaimana satwa liar tersebut hidup bebas di alam yang khas dan mempersona ini, para petualang alam dapat mengarungi Adelaide River menggunakan kapal kecil bermotor yang didesign khusus untuk melakukan petualangan ini. Dengan menggunakan kapal berkapasitas 30 orang yang dinamakan dengan Pathfinders ini para petualang dapat melihat satwa liar dengan sangat dekat sekali di habitat alaminya.
Buaya liar ini dalam hidupnya memang merupakan hewan yang memiliki penguasaan wilayah, artinya untuk wilayah luasan tertentu ada penguasa buayanya. Jika ada buaya lainnya yang masuk wilayah ini maka akan terjadi pertarungan untuk mempertahankan wilayahnya.
Seekor buaya jantan yang dominan biasanya menguasai sekitar 18-20 ekor buaya betina. Bekas bekas perkelahian berupa luka di tubuh buaya terutama buaya jantan dapat kita lihat dengan jelas ketika buaya mendekati kapal.
Dengan menguasai peta wilayah hunian buaya liar ini, pemandu sudah hafal buaya liar mana saja yang menghuni wilayah tertentu di sepanjang sungai yang besar ini.
Buaya buaya liar ini memiliki ukuran yang beragam  mulai dari 2,5 meter sampai dengan 6 meter.  Biasanya buaya betina ukurannya tidak melebihi 3 meter  sedangkan buaya jantan ukurannya dapat mencapai lebih dari 6 meter.
Untuk menyaksikan  atraksi buaya liar ini di alam yang dinamakan crocodile jumping, pemandu menghentikan kapal motor nya di wilayah hunian buaya liar di sungai tersebut.Â
Biasanya buaya tertarik dari getaran baling baling kapal motor. Setelah dihentikan buaya mulai tertarik dan berenang  menghampiri kapal.  Selanjutnya jika buaya liar sudah mendekat, pemandu memercikan umpan berupa bongkahan daging yang digantung pada  tiang semacam pancing berukuran 3  meter.
Buaya selanjutnya mendekati umpan tersebut tanpa rasa takut dengan orang yang ada di kapal kecil tersebut. Â Bahkan sebaliknya justru orang di kapal tersebutlah yang mulai dihinggapi rasa takut melihat buaya besar dari jarak yang sangat dekat yang hanya dipisahkan dengan dinding tipis kapal saja.
 Setelah beberapa lama dengan teknik menggoda buaya, pemandu akan mengetahui kapan  saat buaya akan mengambil umpan.  Di saat itulah pemandu meninggikan umpan dan buaya melompat untuk menggapai umpan tersebut.
Buaya liar baik yang hidup di sungai maupun di wilayah pantai Australia ini memang menjadi perhatian khusus pemerintah mengingat cukup sering buaya dengan ukuran raksasa ini memangsa manusia.
Disamping dapat melihat atraksi jumping crocodile, para petualang dapat menikmati kehidupan ratusan elang liar yang menghuni kawasan sepanjang sungai tersebut dan juga kerbau liar yang hidup di bantaran sungai.
Perpaduan alami keindahan alam, kehidupan liar dan suasana alami yang tidak terjamah manusia membuat tentunya pertualangan ni menjadi sangat istimewa.
Indonesia perlu belajar mengelola lingkungan
Keberadaan buaya air asin di sungai sungai dan juga di wilayah pesisir  di wilayah utara Australia ini ternyata dapat dikelola dan dimanfaatkan keberadaannya dengan sangat baik melalui wisata alam yang tentu saja sangat menarik.  Disamping keindahan alam yang terproteksi dengan baik, kehidupan satwa liar ini dibiarkan secara alami.
Keberhasilan Australia menjual wisata alam yang jarang dipunyai oleh negara lain inilah yang membuat Australia dikenal dunia dengan satwa liar khas nya.
Jika dibandingkan dengan sungai sungai di wilayah Kalimantan, kualitas keindahan alamnya memang tidak terjalu jauh berbeda, namun satu hal yang sangat berbeda adalah sifat alamiah  yang masih dijaga seperti aslinya, sehingga kehidupan di sepanjang Adelaide River ini terasa sangat alamiah dan suasananya tidak banyak berubah jika dibanding  dengan suasana alam  ratusan tahun yang lalu.
Pelestarian alam jika dilakukan dan dikelola dengan benar ternyata  dapat dipadukan dengan wisata alam untuk mendapatkan penghasilan sekaligus meningkatkan reputasi negara di tingkat internasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H