Lemak memang bagian yang esensial dalam mendukung gizi seimbang. Â Namun mengingat lemak memiliki kalori yang tinggi, konsumsi lemak yang tinggi akan meningkatkan resiko obesitas. Â Disamping itu lemak jenuh (saturated fat) dan lemak trans sangat erat hubungannya dengan penyakit kardiovascular.



Hasil studi lain yang dilakukan oleh  the London School of Economics (LSE),  menunjukkan bahwa globalisasi sosial  telah merubah cara kerja dan gaya hidup yang membuat kita lebih gemuk.
Di era global ini orang tersandera oleh lingkungan kerja, kebiasaan berbelanja dan juga kebiasaan bersosialisasi yang cenderung mengurangi kesempatan  bergerak membakar kalori dari makanan yang dikonsumsinya.
Uraian di atas menyadarkan kita bersama bahwa jika kita ingin lebih sehat, kita harus keluar dari lingkaran setan obesitas dunia ini. Â Peningkatan pendapatan kita jika tidak diimbangi dengan prilaku dan gaya hidup sehat justru akan menjadi bumerang yang akan membuat kita mengalami penurunan kesehatan di kemudian hari.
Rujukan: satu, Dua, Tiga, Empat, Lima
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI