Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dilema Unta Liar Australia, Antara Hama dan Potensi Ekonomi

28 Desember 2016   07:19 Diperbarui: 28 Desember 2016   09:59 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unta liar menyerbu persediaan air. Sumber: i.guim.co.uk

Ketika orang berbicara tentang unta sudah dapat dipastikan angan dan bayangannya langsung menuju gurun pasir di Timur Tengah. Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa populasi unta liar terbesar di dunia ada di Australia yang terpusat di wilayah kering di tengah Australia dengan jumlah diperkirakan saat ini mencapai 1 juta ekor.

Tentunya orang akan bertanya lebih lanjut bagaimana unta ini dapat sampai di Australia dan berkembang biak sedemikian cepatnya, bahkan dalam saat tertentu di saat populasinya meledak unta dianggap sebagai hama dan dikurangi populasinya dengan cara ditembak.

Masuknya unta

Seiring dengan era eksplorasi benua Australia untuk mencari wilayah pemukiman baru, sumber daya alam dan juga untuk menemukan jejak sejarah Aborigin serta eksplorasi ilmiah lainnya yang terjadi sekitar tahun 1800an diperlukan alat transportasi yang tahan terhadap ganasnya kondisi alam dan iklim Australia.

Pada saat itu infrastruktur seperti jalur kereta belum ada dan alat transportasi lainnya seperti mobil masih sangat langka dan umumnya tidak tahan terhadap kondisi iklim Australia. Di tengah kesulitan mencari alat transportasi yang cocok inilah beberapa ekor unta berserta peternaknya didatangkan Afganistan.

Di erah tahun 1860-1900 keberadaan unta dan peternak ini pernah menjadi tulang punggung ekonomi di berbagai wilayah di Australia.  Saat itu unta dikembangbiakkan terutama di wilayah terpencil dimana sapi dan kuda tidak dapat bertahan hidup.

Unta menempati wilayah seluas 3,3 juta km persegi. Sumber: www.feralscan.org.au
Unta menempati wilayah seluas 3,3 juta km persegi. Sumber: www.feralscan.org.au
Unta yang didatangkan ini ternyata dapat beradaptasi dengan sangat baik di lingkungan tandus dan gurun karena unta menyukai tanaman asli Australia yang tumbuh di wilayah tersebut.

Keberadaan unta ini ternayata tidak saja menarik perhatian orang kulit putih untuk beternak unta, namun juga menarik minat masyarakat Aborigin. Dengan adanya alih teknologi pemeliharaan unta yang dimiliki oleh orang Afgan ini, peternakan unta berkembang dengan pesat.

Unta liar

Era unta sebagai alat transportasi di wilayah tandus Australia mulai tergeser pada abad 20-an ketika alat transportasi bermotor menyerbu Australia.  Saat itu ketika populasi unta sudah terlalu banyak dan memerlukan biaya yang sangat mahal untuk memeliharanya, unta unta ini dilepaskan di alam bebas dan beranak pinak menjadi unta liar.

Dalam waktu singkat unta liar ini berkembang di wilayah yang sangat luas mencapai 3,3 juta km persegi atau menempati sekitar 40% wilayah Australia atau sekitar 80% padang penggembalaan.

Unta liar menyerbu persediaan air. Sumber: i.guim.co.uk
Unta liar menyerbu persediaan air. Sumber: i.guim.co.uk
Pada tahun 2008 saja jumlah unta liar diperkirakan mencapai 1 juta ekor dan diperkirakan jumlah ini meningkat 2 kali lipat setiap sembilan tahun.

Meledaknya populasi unta liar ini ternyata merupakan masalah besar bagi peternak sapi dan domba di wilayah tersebut karena unta liar sering kali menyerbu peternakan untuk mencari makan dan menghabiskan persediaan air untuk ternak.

Disamping itu unta masuk ke wilayah pemukiman masyarakat Aborigin dan industri pertambangan yang menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang besar termasuk situs bersejarah masyarakat Aborigin.

Unta liar yang masuk ke pemukiman masyarakat setempat dan berusaha mencoba membuka pintu rumah. Sumber: ABC
Unta liar yang masuk ke pemukiman masyarakat setempat dan berusaha mencoba membuka pintu rumah. Sumber: ABC
Diperkirakan dampak kerugian ekonomi langsung akibat keberadaan unta liar ini mencapai $10 juta per tahun. Di samping itu setiap tahunnya pemerintah mengeluarkan dana sekitar $15 juta untuk mengendalikan populasi unta liar ini.

Masa depan industri unta

Menurut banyak kalangan unta baik yang dipelihara maupun yang liar memiliki nilai melebihi emas karena saat ini permintaan unta hidup, daging, susu dan juga sebagai alat rekreasi sangat tinggi.

Daging unta di pasaran di Australia. Sumber: www.abc.net.au
Daging unta di pasaran di Australia. Sumber: www.abc.net.au
Disamping untuk kegunaan wisata, susu unta makin populer. Sumber: cdn.newsapi.com.au
Disamping untuk kegunaan wisata, susu unta makin populer. Sumber: cdn.newsapi.com.au
Sebagai gambaran, harga daging unta di Australia berkisar pada angka $13 per kg atau sekitar Rp 130 ribu sedangkan harga susu unta per liter mencapai $25 atau sekitar Rp 250 ribu.

Program pemerintah untuk mempertahankan populasi unta liar pada kisaran 700 ribu ekor membuka peluang untuk menangkap dan mengekspor unta hidup ke Qatar, Maroko, Saudi Arabia dan negara negara Timur Tengah, Afrika dan Amerika Selatan lainnya lain yang memiliki permintaan tinggi.

Unta Australia siap diekspor ke China. Sumber: ABC
Unta Australia siap diekspor ke China. Sumber: ABC
Unta merupakan potensi penopang ekonomi masa depan. Sumber: australiancamelindustry.com.a
Unta merupakan potensi penopang ekonomi masa depan. Sumber: australiancamelindustry.com.a
Kini pemerintah Australia berusaha keras untuk memaksimalkan manfaat unta liar yang dimilikinya saat ini sekaligus untuk menjaga lingkungannya dari kerusakan akibat keberadaan unta liar.

Tidak pelak lagi jika usaha pemerintah Australia ini berhasil dengan baik, maka Australia akan tercatat sebagai pemasok unta dan produk olahannya terbesar di dunia.

---

Referensi : satu, dua, tiga, empat, lima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun