Ada pertanyaan yang sangat menggelitik ketika mengetahui bahwa orang Aborigin penduduk asli Australia yang tinggal di pedalaman terpencil di tengah gurun memiliki kemampuan menghasilkan karya batik yang sangat khas dan indah.
Sudah dapat dipastikan tentunya bahwa kemampuan membatik orang Aborigin bukan berasal asli dari mereka namun ada pengaruh budaya luar.
Dari penelusuran sejarah masyarakat Ernabella salah satu komunitas Aborigin yang tinggal di wilayah tengah benua Australia, teknik membatik diperkenalkan kepada komunitas Aborigin pada tahun 1971 oleh Leo Brereton orang Amerika yang pernah mempelajari teknik membatik di Indonesia.
Hal lain yang menarik adalah ternyata sebagian besar pembatik Aborigin ini adalah wanita, sementara itu secara budaya sebagian besar pelukis tradisional Aborigin yang karya sangat khas tersebut adalah pria.
Ditinjau dari sisi budaya, wanita Aborigin yang tinggal di wilayah gurun di tengah Australia memiliki tradisi saling berinteraksi melalui berbagai upacara adat, saling mengunjungi dan juga kedekatan budaya antara kelompok.
Dalam perkembanganya ternyata batik dapat diterima dengan baik oleh masyrakat Aborigin karena tidak bersinggungan dengan “wewenang” melukis dari bahan lainnya seperti kulit kayu, batu dll yang secara tradisi merupakan wilayah yang didominasi oleh kaum pria Aborigin.
Sejak diperkenalkannya teknik membatik pada thaun 1971 pada masyarakat Ernabella dan tahun 1970 pada masyarakat Utopia, imajinasi dan kemampuan teknis membatik wanita Aborigin ini berkembang dengan pesat.
Jika kita memandang keindahan batik Aborigin, angan kita akan terbawa kepada cerita anak manusia yang akrab dengan alam di gurun nan tandus, sekaligus terasa aliran roh budaya Indonesia yang masih sangat kental.
Sumber: Satu, Dua, Tiga, Empat,Lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H